Tim Mahasiswa Prodi Farmasi ITB Raih 1st Runner Up International Pharmaceutical Students Federation Asia Pacific Regional Office

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Fourmacy, Tim Mahasiswa ITB meraih 1st Runner Up IPSF APRO (Dok. Velika Freesia Ulinaro)

BANDUNG, itb.ac.id - Tim mahasiswa Program Studi Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Fourmacy, yang terdiri atas Anisa Salsabila Prihandono, Maria Widi Angeli, Velika Freesia Ulinaro, dan Chelzsya Athaayaa Nurman berhasil meraih 1st Runner Up pada kompetisi Industrial Skills Event yang diselenggarakan oleh International Pharmaceutical Students Federation Asia Pacific Regional Office (IPSF APRO).

IPSF sendiri merupakan sebuah organisasi internasional untuk mahasiswa farmasi yang terbagi menjadi beberapa office berdasarkan regionalnya dan Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) ITB menjadi salah satu member organization IPSF untuk kawasan Asia.

Velika (STF, 21) menjelaskan bahwa dorongan mereka berpartisipasi dalam kompetisi ini bermula dari ajakan Widi (STF, 20) kepada Velika dan Anisa (STF, 21). Karena ketiganya belum pernah memiliki pengalaman dalam kompetisi business case, mereka kemudian mencoba mengontak kakak tingkat mereka, yaitu Chelzsya (STF, 19) untuk bergabung bersama sehingga lahirlah komposisi empat mahasiswa berprestasi ini dengan nama Fourmacy.

Mereka mengikuti salah satu ajang kompetisi IPSF APRO yang bernama Industrial Skills Event, yaitu suatu kompetisi untuk bagaimana mereka sebagai seorang pharmacist membuat sebuah rencana bisnis terhadap suatu obat. Mereka ditantang untuk memilih suatu obat yang sudah ada di pasaran untuk dibuat marketing proposalnya dan meyakinkan masyarakat untuk membeli obat tersebut.

“Fourmacy sendiri memilih obat Ozempic untuk weight loss di negara Cina. Kami mengambil negara Cina karena merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat obesitas yang tinggi. Kami juga coba memasarkan obat yang sudah ada ini bagaimana caranya supaya masyarakat Cina akan tertarik untuk membeli obatnya. Misal kita coba buat suatu maskot untuk promosi itu karena dari yang kami tahu, konsumen di Cina lebih tertarik apabila ada maskot yang lucunya,” tutur Velika pada Kamis (6/6/2024).

Selama prosesnya, mereka mengakui sempat mengalami kendala terkait hal teknis. Persiapan untuk kompetisi lebih banyak dilakukan secara daring, sebab mereka mempunyai latar belakang serta tahun angkatan yang berbeda. Hal itu juga membuat penggabungan ide-ide di antara mereka menjadi sedikit terhambat.

Meski begitu, Velika dan kawan-kawan tetap berusaha untuk memiliki koordinasi dan kerja sama yang baik dalam mempersiapkan segala sesuatunya.

“Solusinya adalah kami selalu set jadwal meet dan setiap kali ada yang punya ide langsung dibicarakan di grup. Sebelum kumpul, kami juga harus sudah punya hal yang ingin dibawakan sehingga tidak perlu brainstorming di tempat dan tinggal menggabungkan semua ide yang ada,” jelas Velika.

Mereka pun berpesan kepada para mahasiswa lainnya agar tidak ada salahnya untuk mencoba berpartisipasi dalam sebuah kompetisi. Jangan ragu juga untuk mengontak orang-orang yang dianggap lebih berpengalaman, sebab mereka pun tentu terbuka untuk membagikan ilmunya.

Reporter: Asya Aulia Sukma (Arsitektur, 2021)