Tim PM ITB Melakukan Riset Terkait Dampak Penambangan Bawah Laut di Pantai Olivier, Kepulauan Bangka Belitung
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Isu lingkungan selalu menjadi sorotan di kalangan masyarakat lokal maupun global. Ekosistem laut merupakan salah satu hal yang membuat isu lingkungan selalu menarik untuk dibahas.
Sejalan dengan hal tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (PM) ITB melakukan riset terkait dampak penambangan bawah laut di Pantai Olivier, Kepulauan Bangka Belitung pada 19-23 Juni yang lalu.
Tim dari mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika ITB itu beranggotakan Alqonita Aquila, Silvia Mabruroh, M. Farhan Pratama, dan Aninda Octo. Mereka dibimbing langsung oleh Dr. Ir. Eka Djunarsjah, M.T., dan Andika Permadi Putra, S.T., M.T. Keduanya berasal dari Kelompok Keilmuan Hidrografi. Program ini didanai oleh Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITB guna melaksanakan pengabdian masyarakat.
Sebelum terjun ke lapangan, tim ini melakukan studi literatur terlebih dahulu terkait kondisi lingkungan dan analisis dampak pertambangan. Saat tiba di lapangan, tim PM ini melakukan wawancara terhadap masyarakat terkait rencana penambangan dan pemanfaatan Pantai Olivier. Selain itu, tim PM melakukan akuisisi data arus laut, sedimentasi, dan air laut.
Sebelum mengambil data yang telah disebutkan, tim PM ini melakukan survei pendahuluan di hari pertama. “Survei yang dilakukan adalah melihat kondisi Pantai Serdang dan kawasan muara sungai Mangar,” ujar Aninda, salah satu anggota tim PM tersebut.
Kegiatan akuisisi data baru dimulai pada hari kedua. Terdapat tiga sampel area yang akan diambil airnya. Area tersebut adalah Pantai Serdang, Pantai Mudong, dan Sungai Manggar yang dekat dengan area penambangan. Selain itu, tim PM juga mengambil data koordinat garis pantai di sekitar area tersebut. “Kami juga mengukur arus dengan current meter dan mengambil sampel sedimen dasar laut dengan menggunakan grab sampler,” ujar Farhan.
Data lapangan ini tentu diperlukan untuk mengetahui kondisi pantai di sekitar penambangan. “Data arus laut digunakan untuk memprediksi abrasi pantai 10 tahun ke depan akibat pertambangan serta memprediksi arah persebaran limbah pertambangan di laut,” ujar Alqonita.
Sementara itu dia juga menambahkan bahwa data kualitas air digunakan untuk mengetahui serta memperkirakan dampak dari limbah penambangan di laut. Selain itu, sedimen yang diambil juga digunakan untuk memprediksi abrasi.
Pada dasarnya, hasil dari kegiatan ini dapat berperan sebagai bahan untuk pemutakhiran peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) serta bahan kajian dalam pengambilan keputusan pembangunan pertambangan lepas pantai di sekitar Pantai Olivier. “Dengan pemutakhiran ini diharapkan dapat mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat terkait dengan penambangan lepas pantai, guna mencegah penambangan ilegal yang merugikan ekosistem,” ujar Alqonita. Saat ini data lapangan yang telah diambil masih dalam proses analisis.
Reporter: Kevin Agriva Ginting, GD’20