Tim Satgas ITB, Lakukan Pemetaaan Wilayah dan Foto Udara Menggunakan Pesawat UAV

Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT

Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT



LOMBOK, itb.ac.id -- Sebagai upaya mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap beberapa wilayah di Lombok pasca gempa 7.0 SR, tim Satgas Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pemetaan wilayah melalui foto udara dari pesawat tanpa awak.
Proses pemetaan wilayah tersebut dilakukan oleh Ir. Mipi Ananta Kusuman, dan tim, dari Kelompok Keahlian Geodesi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB. Ada tiga wilayah yang akan dilakukan pemetaan, yaitu di Lombok Utara wilayah Desa Tanjung, Lombok Barat Desa Selat, dan Lombok Timur Desa Sembalun dan sekitarnya.

Pesawat tanpa awak yang dipakai adalah skywalker tipe Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pesawat ini mampu terbang selama 45 menit dengan ketinggian sampai 300 meter di atas permukaan tanah, area cakupannya luas dalam sekali terbang bisa memotret 300 hektar. Pesawat ini pun terbang dengan autonomous sesuai program yang dibuat. 

Dipilihnya pesawat tipe ini karena lebih ringan untuk dibawa, dan serba elektrik. Selain itu hasil dari foto udara tersebut menggunakan skala 1:1000. Artinya gambar yang dihasilkan pun sangat detail dan jelas.

Ir. Mipi mengatakan, produk utama dari pemetaan tersebut berupa mosaik orthofoto (foto yang telaah tegak) dan point cloud (jutaan titik hasil komputasi stereo). Point cloud hasil pengolahan ribuan foto untuk setiap area pemotretan nantinya akan diolah untuk mendapatkan DSM (Digital Surface Model), dan setelah proses filtering akan didapat DTM (Digital Terrain Model) yang menjadi informasi utama Peta Topografi.

Informasi-informasi dalam format raster tersebut, bila  diproses lebih lanjut dapat menghasilkan peta garis dalam format vektor untuk setiap layer unsur rupa bumi seperti jalan, sungai, bangunan, land use, garis kontur, dan lain sebagainya.

"Program pemetaan ini untuk membuat pemetaan cepat dalam rangka menyediakan peta bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa. Produknya berupa foto udara yang tegak dan peta rupa bumi atau peta garis yang ada contur tanahnya," kata Ir. Mipi usai melakukan pemetaan wilayah di Desa Sembalun.

Dia mengatakan, karena tingkat akurasinya yang tinggi sekali sehingga nanti produknya juga bagus untuk keperluan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa. Pemerintahan di tingkat kecamatan, kabupaten atau desa jika membutuhkan informasi, bisa menggunakan peta tersebut karena cukup detail. Sehingga mudah bagi pemerintah setempat menginventarisasi aset-aset yang dimiliki suatu wilayah. Kalau itu digunakan lebih lanjut bisa untuk proses sertifikasi tanah, maupun Pajak Bumi Bangunan.

"Hasil pemotretan wilayah ini tidak hanya untuk ITB saja, nanti peta ini utamanya diserahkan kepada komunitas masyarakat atau ke pemerintahan desa, juga diakses oleh para pihak atau stakeholder yang akan membantu dalam rehab dan rekonstruksi baik pusat atau daerah," katanya.

Namun ia berharap, hasil dari foto udara tersebut harus tetap dilakukan survey ke lapangan. Sebab hasil foto udara tersebut mempunyai kelemahan untuk mengetahui rumah warga yang rusak ringan misalnya dinding retak-retak tapi atap tetap bagus.

"Jika tujuan pemerintah akan memberikan bantuan kepada masyarakat dibagi ke beberapa kategori, ada rusak berat sedang dan ringan, kita dari kategori yang berat dan rubuh melalui foto udara ini bisa tahu, tapi kalau yang ringan tidak tahu," ungkapnya.

Reporter: Adi Permana