Tim yang terdiri atas Muhamad Lutfi Annilah, Yayu Septiani, dan Netania, dihadapkan pada sebuah kasus Merger and Acquisition Carve-Out, salah satu fenomena yang sering terjadi di perusahaan besar. Dalam kompetisi ini, peserta diminta menganalisis penyebab dari fenomena tersebut, serta mengaitkannya dengan instrumen keuangan seperti perhitungan nilai perusahaan, jumlah saham, dan besar suntikan dana.

Dalam proses penyelesaian kasus, tim The Absent menjelaskan bahwa mereka menggunakan berbagai pendekatan kreatif untuk menyelesaikan masalah. Salah satu pendekatan inovatifnya adalah ketika menghadapi persoalan minor tentang pemindahan pegawai. Dalam kasus tersebut, mereka menerapkan beberapa framework dari Business Case Competition (BCC) yang umum digunakan di dunia bisnis.

Keberhasilan tim ini diakui bukan hanya dari segi hasil akhir, tetapi juga dari proses belajar yang mereka jalani. "Kami belajar banyak dari pengalaman ini. Rasa ingin tahu dan kemauan untuk memahami satu sama lain menjadi faktor penting dalam keberhasilan kami. Meskipun tidak semua anggota tim memiliki beban kerja yang sama, kami tetap saling mendukung dan mengerti satu sama lain," ungkap Lutfi.

Persiapan untuk presentasi menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi tim. Lutfi menceritakan bahwa mereka melakukan persiapan secara mendadak karena sudah masuk hari kuliah. Mereka baru berlatih presentasi beberapa jam sebelum tampil. Mereka bahkan tidak tidur setelah melakukan perjalanan panjang dari Bandung ke Yogyakarta. Meskipun dalam keadaan yang cukup menegangkan, mereka berhasil menyampaikan presentasi yang komprehensif dan logis, dan meraih prestasi Best Speaker.

Keberhasilan tim The Absent di ajang JFCC ini menjadi bukti nyata bahwa kemauan belajar dan kerja keras dapat mengalahkan keterbatasan. Mereka berharap prestasi ini dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk terus berjuang dan berinovasi di bidang yang mereka tekuni.

Reporter: Indra Putra Lohanata (Aktuaria, 2021)