Tingkatkan Pelayanan Percuacaan Indonesia, ITB Sepakati MoU dengan BMKG

Oleh Bayu Septyo

Editor Bayu Septyo

ITB kembali teken bentuk kerjasama dengan lembaga kenegaraan nasional. Kali ini, penandatanganan nota kesepemahaman (Memorandum of Understanding, MoU) dilakukan bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Jumat (02/10/15). Penandatanganan dilakukan oleh Kepala BMKG, Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng, dan Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA selaku Rektor ITB di ruang rapim A Annex ITB. Dalam menyambut segenap jajaran BMKG, turut hadir pula dari pihak ITB diantaranya adalah Dr. Miming Miharja, ST, M.Sc., Eng.(Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi), Prof. Sri Widiyantoro M.Sc., Ph.D. (Dekan FTTM ITB), Prof. Dr. Ir. Hassanuddin Z. Abidin, M.Sc. (Dekan FITB ITB), Prof. Dr. Taufik Hidayat, DEA. (Guru Besar Astronomi ITB), dan Dr.Eng. Totok Suprijo (Oseanografi Pantai ITB). Peresmian kerjasama ITB-BMKG tersebut setidaknya meliputi komitmen dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, manifestasi riset, dan pengembangan kualitas manusia berupa penerimaan kegiatan studi bagi staf BMKG.
Dr. Andi dalam kesempatannya mengungkapkan telah terjadi perkembangan paradigma impact-based forecasting & risk-based warning dalam dunia percuacaan yang harus dikuasai oleh BMKG. Dengan paradigma itu, informasi cuaca dan berbagai akibat kebencanaan yang mungkin terjadi beserta segala treatment-nya hanya boleh mengalami diseminasi pada daerah tertentu yang bersangkutan saja. Walaupun terdengar sederhana, ia menilai impelementasinya dalam tugas pokok, fungsi, dan proses serta pembangunan sumber daya manusia menemui banyak kerumitan berarti. Mulai dari collecting data, sistem telekomunikasi, analisis data & model serta penyampaian harus dilakukan secara cermat dan cepat. Lebih dari itu, Dr. Andi berharap melalui bentuk kerjasama yang dikehendaki ini selain dapat mengatasi permasalahan diatas juga dapat menggerakkan literasi cuaca dan iklim nasional secara lebih baik. "Saya kira kerjasama BMKG-ITB ini memberikan dampak besar bagi kami, beberapa lulusan ITB menjadi motor dalam pengembangan beberapa metode dan inovasi yang bagus. Harus kita teruskan dan perbanyak lagi," ungkap Dr. Andi.

Dr. Andi tidak lupa menekankan pengembangan sarana dan prasarana sebagai satu item kesepakatan. Akurasi, sebagaimana yang termaktub dalam motto BMKG, memerlukan peralatan dan sistem yang memadai. Untuk itu BMKG secara serius menggandeng ITB dalam pemanfaatan peralatan dalam sarana prasarana yang mendukung. Dengan begitu diharapkan tercipta eagerness antara kedua belah pihak untuk mencapai hasil yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian dibenarkan oleh Prof. Kadarsah, "BMKG merupakan lembaga yang strategis di negara ini, sehingga masalah cuaca, iklim, dan kegempaan ada yang mengelola di negara ini"

Prof. Kadarsah optimis dengan ribuan dosen dan ratusan Kelompok Keahlian yang dimiliki ITB, beberapa diantaranya sangatlah berkaitan dengan apa yang dikerjakan oleh BMKG. Selain itu, bentuk kerjasama ini diyakini akan sangat bermanfaat sebagai referensi bahan ajar yang kongkrit bagi mahasiswa di kelas karena data didapatkan dari lapangan secara langsung, otentik, dan relevan. Dirinya juga optimis akan timbulnya sinergisasi antara ITB dan BMKG. "Karena dengan itu (sinergisasi, -red), apa yang kami ajarkan juga ada relevansinya di lapangan menurut BMKG," tukas Prof. Kadarsah.