Ukir Prestasi dan Sejarah, Alumni ITB Jadi Sekjen PSSI Wanita Pertama

Oleh Fatimah Larassaty Putri Pratam

Editor Fatimah Larassaty Putri Pratam


BANDUNG, itb.ac.id - Terhitung sejak Juli 2017, posisi Sekretaris Jendral Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) resmi diemban oleh alumni ITB yakni Ratu Tisha Destria (Matematika 2004) hingga tahun 2020 mendatang. Digadang sebagai kandidat terkuat, pengangkatan Ratu Tisha ini membuat beliau tercatat sebagai Sekjen PSSI wanita pertama di Indonesia. Meskipun demikian, nama dan sepak terjang pengalamannya sendiri sebenarnya sudah tak asing di jagat persepakbolaan Indonesia. Tisha sebelumnya menjabat sebagai Direktur Kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Direktur Kompetisi dan Operasional PT Gelora Trisula Semesta yang menanungi lima kompetisi besar sepak bola nasional, salah satunya Torabika Super Championship.

Konsistensi Melakukan yang Dicintai Berbuah Prestasi

Sebelum mencicip kancah profesional sepakbola Indonesia, latar belakang Tisha di ranah manajemen olahraga tak perlu diragukan. Dalam wawancaranya, Tisha mengungkapkan bahwa ketertarikan pada sepak bola dimulai dari bangku SMA saat beliau ikut andil di bidang manajerial klub bola sekolahnya. Keterlibatan dalam pengelolaan klub sepak bola ini pun berlanjut di bangku kuliah, dimana Tisha merupakan manajer PS ITB, tim sepak bola ITB yang kala itu ikut tergabung dalam kompetisi internal Persib Bandung. Lulus dari ITB, rasa cinta pada sepak bola dan matematika mendorongnya untuk menjadi salah satu inisiator pembentukan LabBola, perusahaan penyedia jasa manajemen data dan statistik sepak bola.


Sempat bekerja di suatu perusahaan minyak dan gas, Tisha lantas melanjutkan studi S2-nya dan terpilih sebagai satu-satunya perempuan di Asia yang mendapat beasiswa FIFA Master: International Master in Management, Law, and Humanities of Sports di Eropa. Diakui oleh Tisha bahwa beliau harus melalui proses yang panjang sebelum mendapatkan beasiswa ini. Tak hanya melulu sepak bola yang diuji, namun juga wawasan tentang industri secara umum dan perekonomian pun harus dipahami.


Terkait terpilihnya Tisha sebagai Sekjen PSSI, beliau mengutarakan rasa syukur dan bangganya atas kepercayaan yang telah diberikan untuk mengemban amanah tersebut. Di tengah sorotan atas statusnya sebagai Sekjen PSSI perempuan pertama, Tisha menanggapinya dari perspektif yang berbeda. Menurutnya, hal ini merefleksikan kesetaraan dalam tubuh persepakbolaan Indonesia tanpa diskriminasi terhadap gender atau hal-hal lain. "Sekaligus menjadi cerminan nilai-nilai sportivitas di federasi sepak bola Indonesia," tambahnya.


Lebih lanjut, Tisha berpendapat bahwa banyak hal yang harus dibenahi dalam sistem persepakbolaan Indonesia. Reformasi manajemen dan organisasi merupakan fokus utamanya agar tercipta akuntabilitas dan trasnparansi dalam pengelolaan tim nasional dan kompetisi-kompetisi lainnya. Tiga tahun mendatang diproyeksikan Tisha sebagai fase penting untuk peningkatan, konsolidasi, dan perencanaan fondasi sepak bola Indonesia kedepannya. Harapannya di tahun 2045, hasil usaha ini akan menjadi kado manis 100 tahun merdekanya Indonesia, meski Tisha juga menambahkan bahwa pekerjaan ini bukan sesuatu yang kepalang jadi karena butuh waktu dan konsistensi. Tak lupa sebelum menutup wawancara, Tisha berpesan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa-mahasiswi ITB, untuk fokus dengan apa yang dikerjakan dan meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang dicintai meskipun tidak berhubungan langsung dengan apa yang dipelajari di bangku kuliah. "Apapun yang dikerjakan, lakukan semaksimal mungkin karena itu akan membuat kita terus melangkah konsisten ke depannya," ujarnya mengakhiri wawancara.

Sumber gambar: situs sumber.com