Water Repellant Reuseable Hazmat, Pelindung Diri di Tengah Pandemi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di tengah pandemi COVID-19, Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengenalkan produk alat pelindung diri (APD) dengan nama . Sesuai namanya, alat tersebut tidak sekali pakai, akan tetapi bisa dipakai berulang kali oleh para tenaga medis saat bertugas.
*Dok. Pribadi
Produk tersebut dikembangkan oleh Dosen Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, Tyar Ratuannisa, S.Ds., M.Ds. Ia berhasil merancang APD inovatif tersebut dengan menggunakan bahan dasar dari taslan rinjani.
Produk APD ini dilatarbelakangi Tyar yang bergabung dengan salah satu komunitas di luar kampus. Selain itu pula, kondisi saat ini yang sedang dilanda oleh wabah pandemi COVID-19 di Indonesia memunculkan suatu permasalahan yang krusial yaitu kelangkaan ketersediaan APD tenaga medis yang ada di lapangan. Seperti diketahui, masih banyak tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri seadanya dengan jas hujan. Hal ini tentu menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani secepat mungkin.
Oleh karena itu, diperlukannya peran serta partisipasi dari masyarakat dalam melakukan pengadaan APD dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dari berbagai aspek, seperti kemudahan dalam replikasi serta pemilihan bahan dasar yang dapat meminimalisasi risiko terpapar COVID-19. “Bahan yang digunakan menggunakan alternatif tekstil dengan spesifikasi minimum untuk keperluan hazmat yakni dengan taslan rinjani (water repellent and clear taslan) tanpa menggunakan coating dengan lilin,” ujar Tyar saat diwawancara oleh reporter Humas ITB, belum lama ini.
Tyar melanjutkan, terdapat berbagai keunggulan yang dimiliki oleh produk hasil rancangannya ini. Pertama adalah menggunakan clear taslan, kedua berbahan woven polyester fabric, ketiga tahan terhadap air (water repellent), dan keempat dapat bergerak dengan lebih leluasa (breathable). Selain menggunakan bahan yang aman, produk ini juga telah dilakukan pengujian oleh Laboratorium Penujian Tekstil Kementerian Perindustrian pada 17 April yang lalu. “Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa dengan penetrasi yang dilakukan terhadap kain taslan rinjani, didapatkan hasil uji senilai 2,5 dan terindikasi aman dan layak untuk digunakan,” jelasnya.
Adapun terkait proses produksi APD ini dilakukan oleh penjahit home industry yang terletak di Kota Cimahi. Tempat tersebut dipilih karena selama masa pandemi ini, bisnis tersebut mengalami penurunan keuntungan akibat kehilangan pesanan dari pemesan. Biaya produksi yang dilakukan dalam melakukan satu kali kegiatan produksi ini relatif murah bila dibandingkan dengan jenis APD yang lainnya, yakni hanya berkisar Rp120 ribu – Rp125 ribu saja.
Hingga saat ini, proses pendistribusian dilakukan oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL) ITB. Hingga akhir April lalu, proses pendistribusian masih dilakukan di beberapa tempat yang ada di Kota Bandung. Untuk ke depannya, Tyar berharap distribusi dari produk ini dapat menyasar tenaga medis yang berada di luar Kota Bandung bahkan hingga ke luar Pulau Jawa. “Besar harapan juga, dengan adanya Water Repellant Reusable Hazmat ini, dapat memberikan manfaat bagi para tenaga medis yang saat ini masih kekurangan persediaan APD dan memberi perlindungan lebih, dengan harga yang lebih terjangkau, bahan yang lebih sederhana, serta lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya,” pungkasnya.
Reporter: Muhammad Fadlan Herdian (SAPPK, 2018)