Mengenal Ragam Manfaat Pohon Surian lewat Bedah Buku “Teknik Budidaya dan Pengolahan Kayu Surian”

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Kelompok Keahlian (KK) Teknologi Kehutanan pada Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung mencoba mendekatkan hasil penelitian mereka kepada masyarakat melalui acara bedah buku “Teknik Budidaya dan Pengolahan Kayu Surian”. Buku tersebut merupakan karya empat dosen dari KK Teknologi Kehutanan ITB.


Simposium bedah buku ini dilaksanakan di ruang rapat Balai Sertifikasi dan Perbenihan Tanaman Hutan (SPTH) Jatinangor, Sumedang pada Rabu, 24 April 2019. Acara ini turut mengundang Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Provinsi Jawa Barat, Ir. Epi Kustiawan MP dan Dekan SITH-ITB, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, Industri Kehutanan (PT Sumber Graha Sejahtera dan PT Bina Kayu Lestari), Institusi Kehutanan (Perhutani, BPDAS-HL, dan BBKSDA), perguruan tinggi, serta pegiat lingkungan dan petani di Jawa Barat.

Menurut Kadishut, Ir. Epi Kustiawan, pada pidato pembukanya menyatakan bahwa pertemuan antara berbagai elemen masyarakat ini selaras dengan visi Gubernur Jawa Barat yaitu menciptakan kolaborasi, agar hasil penelitian akademisi dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kadishut menambahkan, kolaborasi terutama dengan praktisi ini penting karena 26% area hutan di Jawa Barat berstatus hutan rakyat yang sepenuhnya dikelola oleh rakyat, jadi pemilik lahan harus mengetahui hasil penelitian dari kalangan akademisi. 

Acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan SITH-ITB, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa banyak manfaat dari pohon Surian (Toona sinensis Roem), terutama daunnya yang biasa digunakan sebagai obat antikanker dan pohonnya sebagai pelindung tanaman pertanian bagi sistem agroforestri yang selama ini diterapkan di hutan rakyat.



Buku “Teknik Budidaya dan Pengolahan Kayu Surian” terbitan ITB Press ini ditulis oleh empat dosen program studi Rekayasa Kehutanan SITH-ITB yaitu Dr. Yayat Hidayat, Dr. Eka Mulya Alamsyah, Dr. Sutrisno dan Dr. Yoyo Suhaya. “Berbeda dari versi sebelumnya buku ini bukan hanya membahas aspek budidaya tanaman surian, namun juga membahas sampai pengolahan dan pemanfaatannya,” ujar Dr. Yayat Hidayat.

Ia menyampaikan keunggulan kayu Surian, salah satunya adalah tekstur kayu yang unik dan sangat cocok untuk kayu pertukangan. Selain itu, pohon surian memiliki tekstur permukaan kayu yang mirip kayu jati, tergolong kelas kayu indah (fancy wood), namun dapat dipanen lebih cepat daripada pohon jati, sehingga jenis ini sangat disukai oleh petani hutan rakyat di beberapa wilayah Jawa Barat.

Penulis kedua, Dr. Yoyo Suhaya membahas dari sisi pertumbuhan. Secara umum pertumbuhan pohon surian cukup lama, dan bisa ditebang pada umur 12 tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kayu surian sangat cocok tumbuh di ketinggian 700-1200 mdpl. Faktor lain yang membuat kayu ini tumbuh baik yaitu kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara. 

Sementara itu, penulis ketiga, Dr. Eka Mulya Alamsyah menjelaskan dari sisi pemanfaatan. Hasil penelitiannya menunjukkan kayu Surian merupakan kayu yang memiliki sifat rekat yang sangat baik. “Masyarakat juga penting mengetahui perekat yang cocok sesuai dengan kebutuhan pemakaian kayu, interior atau eksterior,” pesannya. 

Penulis terakhir, Dr. Sutrisno menyampaikan hasil penelitiannya tentang kegunaan kulit kayu Surian sebagai nanofiller. Nanofiller berfungsi untuk memperbaiki kualitas perekatan kayu surian. “Biasanya nanofiller itu pakai tepung terigu, gandumnya juga impor. Dengan kulit kayu surian ini bisa lebih murah, karena biasanya jadi limbah,” tambahnya. 

Pembedah buku, Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Guru Besar Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, membahas keunggulan dan saran bagi buku ini. Ia berterimakasih pada penulis, karena penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat. “Kalau perusahaan besar kan punya dana riset sendiri bagi tanamannya, lah kalau petani lokal bagaimana? Jadi saya berterimakasih bagi para penulis,” ujarnya. Ia juga berharap pada tahap berikutnya buku ini juga memuat aspek sosial dan ekonomi, agar terciptanya interdisiplin ilmu dan kebermanfaatan bagi masyarakat.

Penelitian pohon surian ini cukup lengkap membahas mulai dari aspek ekologi, genetika, silvikultur, pemuliaan, anatomi kayu, teknologi pengeringan, teknologi perekatan, laminasi dan nanofiller, hingga memberikan informasi bahwa jenis pohon surian memiliki keunggulan dan prospek yang cerah sebagai kayu alternatif pengganti kayu jati. Selama ini petani hutan rakyat di Jawa Barat hanya fokus kepada penanaman jenis kayu sengon yang belakangan ini sering menghadapi masalah kerentanan terhadap serangan hama.

Senada dengan isi buku ini, Pegiat lingkungan dari Forum Komunikasi Gunung Geulis (FKGG) dan Pemerhati Lingkungan Tatar Sunda (DPLTS) juga mendorong para penulis dan dinas terkait agar menyosialisasikan hasil penelitian ini pada masyarakat agar masyarakat antusias dalam menangani lahan kritis.

Reporter: Nur Faiz Ramdhani (Rekayasa Kehutanan 2015)