Orasi Ilmiah Prof. Ignatius Pulung Nurprasetio: Pentingnya Pemantauan Kondisi Permesinan untuk Cegah Kerusakan Mesin
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Prof. Dr. Ir. Ignatius Pulung Nurprasetio, MSME. menyampaikan Orasi Ilmiah Guru Besar dalam acara Forum Guru Besar ITB yang diselenggarakan pada Sabtu (17/6/2023) di Aula Barat ITB. Dalam kegiatan tersebut, dia membawakan orasi yang berjudul “Pemantauan Kondisi Permesinan (Machine Health Monitoring – MHM)".
Sebagai seorang yang ahli dalam bidang Teknik Mesin, dalam orasinya dia menyampaikan pentingnya peranan aktivitas pemantauan dalam menjaga kualitas suatu mesin. Menurutnya dengan memonitori mesin, kita bisa mengetahui kondisi mesin secara berkala sehingga bisa memitigasi adanya kerusakan lebih dini.
Dalam orasinya ini, dia menggunakan Pemodelan Metode Jarak Parametrik yang diaplikasikan pada mesin rotasi, pengujian material, dan pemantauan kelelahan otot. Inovasi yang dia bawa terletak pada adanya parameter time sierues, jarak parametrik, dan analisis diskrit frekuensi. Dari parameter-parameter ini menghasilkan grafik yang bisa dilihat berbagai kondisi mesin sehat atau tidaknya.
“Keuntungannya dengan frekuensi yang lebih rendah, orde model akan lebih rendah, jumlah parameter lebih sedikit (sehingga) algoritmanya lebih ringan,” ucapnya.
Pada mesin rotasi, Prof. Pulung melakukan analisis pada mesin industri dengan satu kasus dan reciprocating machine rig dengan multikasus. Sementara itu, mesin industri yang dilakukan pengujian terdiri atas dua rotor dengan unbalance dan misalignment sisa.
Melalui metode kuantitatif jarak parametrik, dia kemudian membaginya menjadi empat parameter, yakni label ref yang menunjukan referensi tanpa masa tak balans, label UBD dengan masa tak balans, Setup A konfigurasi mesin original tanpa penambahan masa tak balans, dan Setup B dengan konfigurasi penambahan masa tak balans dengan menghasilkan kombinasi parameter acuan menjadi Set A vs Ref, Set B vs Ref, Set A vs UBD, dan Set B vs UBD.
“Dari pengujian tersebut, didapatkan kombinasi Setup A vs Ref memiliki nilai jarak parametrik yang lebih kecil dibandingkan dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan terbukti efektif karena pengaruh penambahan massa tak balans dapat menyebabkan kerusakan mesin lebih cepat,” jelasnya.
Kemudian pada pengujian reciprocating machine dengan meninjau beberapa kasus sekaligus diantaranya kasus tak balans, tak balans primer, tak balans sekunder, dan balans primer. Percobaan yang dia lakukan terbukti juga efektif, sehingga metode pengukuran jarak parametrik bisa juga diimplementasikan pada pemantauan mesin dengan banyak kasus sekaligus.
Metode yang serupa dengan pendekatan Chi-Square diaplikasikan pada pengujian material komposit yang diberi perlakuan getaran dengan modul unbalance exciter. Prof. Pulung membandingkan dua jenis spesimen Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP) yang cacat dan tak cacat kemudian dibuat menjadi empat sampel dari dua kombinasi spesimen tersebut. Pengujian ini pun berhasil karena menunjukkan korelasi yang serupa dengan percobaan sebelumnya.
Untuk aplikasi metode yang terakhir, Prof. Pulung meninjau kasus pemantauan pada frekuensi yang lebih kecil, yakni pada otot manusia. Otot memiliki perbedaan frekuensi saat sedang lelah dan tidak. Pada saat lelah, frekuensi yang dihasilkan cenderung lebih kecil.
Melalui metode jarak parametrik, Prof. Pulung mengakui pada awalnya mengalami kesulitan karena kasus otot ini adalah kasus yang spesial. Dalam satu orang saja, bisa jadi tangan kanan dan kiri masing-masing memiliki frekuensi yang berbeda. Hal ini menyebabkan proses pemantauan jauh lebih kompleks. Belum lagi bagaimana cara meletakkan sensor pada otot yang ditinjau harus sesuai dengan prosedur yang berlaku supaya bisa dideteksi lebih optimal.
Sinyal otot yang dia tinjau pada kondisi segar dan lelah. Dengan metode jarak parametrik, beliau berhasil menyimpulkan korelasi yang sesuai antara keadaan otot segar dan lelah dengan adanya daerah overlap.
“Untuk aplikasi pada kelelahan otot ini perlu dikembangkan lebih karena perlu adanya sudut pandang keilmuan lain seperti sport, science, kedokteran, dll,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Prof. Pulung merupakan seorang Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dengan kelompok keahlian Perancangan Mesin. Dia meraih gelar doktornya di ITB pada 2012 lalu setelah mendapatkan gelar master di bidang Teknik Mesin tahun 1988 di University of Michigan, Amerika Serikat. Pada 1 Desember 2022, Prof. Pulung dinobatkan sebagai Profesor ITB dalam bidang Mekanika Konstruksi Mesin.
Dia memulai karier pengabdiannya pada ITB dengan menjadi pengajar sejak tahun 1984. Kemudian Prof. Pulung menjabat menjadi Wakil Dekan bidang Sumber Daya FTMD ITB 2011-2020 dan saat ini menjadi Plt. Wakil Dekan bidang Sumber Daya Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB.
Reporter: Lukman Ali (Teknik Mesin, 2020)