Obituari: Selamat Jalan Prof. Tjia May On, Ahli Fisika dari ITB

Oleh Adi Permana

Editor -


BANDUNG, itb.ac.id – Segenap keluarga besar Institut Teknologi Bandung menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas kepergian Prof. Tjia May On, Guru Besar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB. Beliau meninggal dunia Selasa, 5 November 2019. Untuk menghormati jasa, dan pengabdiannya selama ini, maka dilaksanakan prosesi pelepasan jenazah di Aula Timur ITB, Jalan Ganesa No. 10 Bandung, Rabu (6/11/2019).

Hadir pada kesempatan tersebut yaitu pimpinan ITB, sivitas akademika ITB, tenaga kependidikan, dan keluarga mendiang. "Seluruh keluarga besar ITB berduka diiringi doa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima segala amal bakti, jasa-jasa, serta pengabdian beliau yang telah disumbangkan, baik kepada institusi ITB maupun kepada masyarakat dan bangsa pada umumnya," ujar Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Organisasi ITB Prof. Dr. Irawati, MS., membacakan sambutan.

“Selamat jalan Prof. Tjia, doa kami senantiasa bersamamu, semangat dan cita-citamu tetap berama kami, yang akan kami lanjutkan untuk memajukan institusi dan bangsa kami. Atas nama seluruh keluarga besar ITB, kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dalam menerima peristiwa ini,” tambah Prof. Irawati.

*Prof. Dr. Irawati, MS. (Foto: Ahmad Fadhil/Humas ITB)

Prof. Tjia, begitu beliau akrab disapa, adalah Guru Besar pada Kelompok Keahlian Fisika Magnetik dan Fotonik FMIPA ITB. Ia dilahirkan di Probolinggo 25 Desember 1934 silam. Beliau menamatkan sarjana Fisika ITB pada tahun 1962, kemudian melanjutkan studi postgraduate di Northwestern University USA, memperoleh gelar Ph.D pada tahun1969 di bidang Fisika Partikel.

Beliau sempat menjalani Research fellowship di ICTP, di Italy pada tahun 1974 dan JSPS research fellowship di Osaka University, di Jepang pada tahun 1980. Bersama beberapa rekan, beliau juga ikut mendirikan Program Pascasarjana Optoelektronika dan Aplikasi Laser di Universitas Indonesia pada tahun 1976. Beliau pernah menjadi research fellow dari ICTP pada 1974 dan JSPS pada 1980. Sampai akhir hayatnya, beliau juga anggota dewan editor dari Journal of Nonlinear Optical Physics and Materials sejak 2004.

Semasa hidup, sebagaimana disampaikan Dekan FMIPA ITB Prof. Edy Tri Baskoro M.Sc., P.hD., beliau tercatat pernah menerima penghargaan yakni Anugerah Sewaka Winayaraha 2007 dari pemerintah Indonesia untuk jasanya yang luar biasa di pendidikan tinggi Indonesia, Ganesa Cendikia Widya Adiutama 2009 dari ITB untuk publikasi internasional di bidang fisika material yang memiliki cakupan luar biasa luas, Achmad Bakrie Award 2012 dari Freedom Insititue untuk kontribusi yang luar biasa dalam riset saintifik dan pengembangan budaya riset di Indonesia, dan Sarwono Award 2016 dari LIPI untuk kontribusi yang menonjol sekali untuk riset ilmiah dan dedikasinya dalam mengembangkan budaya riset ilmiah di Indonesia.

Selain itu, catatan dari Scopus menunjukkan Pak Tjia telah mencatatkan 158 publikasi di jurnal internasional, dengan 722 sitasi, dan dalam kolaborasi dengan 157 ko-penulis yang menghasilkan h-index 19.

“Pak Tjia adalah orang yang tak mengenal pensiun dalam berkarya. Setelah purna bakti sebagai Guru Besar ITB pada 2005, beliau masih tetap aktif membantu pembimbingan mahasiswa di Kelompok Keahlian Fisika Magnetik dan Fotonik ITB,” ujar Prof. Edy.

*Prof. Edy Tri Baskoro M.Sc., P.hD. (Foto: Ahmad Fadhil/Humas ITB)

Selain itu Pak Tjia juga pernah tercantum sebagai “Leading Scientist and Engineers” dari negara-negara anggota OIC (Organization of Islamic Cooperation). Beliau juga membidani lahirnya beberapa organisasi profesi seperti : Himpunan Fisika Indonesia, dan Himpunan Optik Indonesia sekaligus sebagai Presidennya periode 2011-2013. Pak Tjia juga menjadi anggota berbagai organisasi profesi nasional maupun internasional seperti : Himpunan Polimer Indonesia, American Physics Society(APS), American Association for Advancement of Science (AAAS) dan Asean Association of Theoretical Physics.

Pak Tjia meninggalkan istri tercintanya, Alida Maria Schrijver, dan tiga orang anak, yakni Glenny Lovella Kusdian, Linda Astrid Frey dan Ir. Setia Budi Wijata. "Selamat jalan Pak Tjia, semoga kami bisa mengikuti teladan yang telah Bapak berikan dalam integritas, dedikasi, pelayanan dan semangat membangun budaya riset untuk negeri," kenang Prof. Edy.


scan for download