Pusat Artificial Intelligence ITB Kembangkan Model AI-Vision untuk Monitoring Masyarakat Saat Pandemi COVID-19

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Beberapa Model AI-Vision dari Pusat AI ITB untuk kesejahteraan dan keamanan masyarakat di masa pandemi COVID19
BANDUNG, itb.ac.id – Pusat Artificial Intelligence Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan webinar dengan tema “Pemanfaatan AI-Computer Vision untuk Monitor Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi”, Rabu, 20 Mei 2020 lalu. Webinar tersebut diisi oleh paparan dari Nugraha Priya Utama, Ph.D., Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB.



Tujuan diselenggarakannya webinar tersebut adalah untuk menjelaskan, apa yang dapat AI-Vision lakukan untuk membantu memonitoring masyarakat terkait kondisi normal baru yang akan terjadi, baik itu di sekolah, tempat ibadah, bandara, kantor, halte bus/kereta, perpustakaan, maupun di outdoor seperti di jalanan, tempat wisata, tempat olahraga, taman, dan fasilitas lainnya.

Ia yang kerap dipanggil dengan nama Utama ini menjelaskan, AI-Vision atau computer vision adalah bagian dari artificial intelligence yang melatih komputer untuk melakan interpretasi, menafsirkan atau memahami hal-hal yang terkait visual atau penglihatan manusia. “Komputer visual ini menggunakan gambar yang didapatkan dari kamera digital atau video, dari model berbasis deep learning, yang dapat mengidentifikasi dan mengklarifikasi objek. Jadi tujuan utama dari AI-Vision ini adalah mengotomatisasi tugas-tugas manusia secara visual,” ujar Utama dalam paparannya.

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB tersebut menambahkan, ada tiga langkah dasar yang selalu ada pada komputer vision. Pertama yaitu acquiring image (koleksi gambar), processing the image (memproses gambar), dan understanding the image (memahami/menginterpretasi gambar). “Salah satu hal yang memungkinkan untuk dimanfaatkan komputer vision adalah monitor perilaku masyarakat baik di indoor maupun di outdoor. Seperti apakah masyarakat memakai masker atau tidak, berkerumun atau tidak, berjaga jarak atau tidak di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini. Ai komputer bisa juga untuk mengukur temperatur secara otomatis, kesehatan, atau bahkan bisa melakukan monitoring kepadatan lalu lintas, estimasi usia, dan lain-lain,” ungkapnya.

Pusat Riset AI ITB sendiri telah melakukan proses monitoring masyarakat menggunakan AI-Vision yang bekerja sama dengan Prosa AI. Model yang pertama adalah Vehicle Classification and Counting (VCC), yang digabungkan dengan Lisence Plate Recognition (LPR) dan Illegal Parking (LP). Pemanfaatannya dapat dilakukan di dalam ruangan, maupun di luar ruangan. Sebagai contoh, adalah untuk memonitor lahan parkir yang dikaitkan dengan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan. “Pemanfaatan di Indoor itu bisa dilakukan misalnya untuk pengaturan jumlah kendaraan yang masuk ke SPBU, kita bisa melihat apakah kendaraan tersebut menggunakan bahan bakar sesuai peruntukkannya atau tidak, memakai bahan bakar bersubsidi atau tidak?” ujarnya.


Model yg dibangun tersebut adalah dengan Yolo V3-Tiny yang dilatih dan diatur dengan dataset dari foto berbagai jenis kendaraan, tipe kendaraan dan nomor plat kendaraan. Dia menjelaskan, alur inferensinya untuk VCC lebih gampang ketika mendapatkan input dari CCTV lalu deteksi kendaraan dan klasifikasikan tipe dan jumlahnya. Hal yang juga dilakukan untuk mendeteksi plat nomor kendaraan. Namun untuk model IP atau monitoring parkir liar, pertama adalah set area. Ketika ada kendaraan masuk maka CCTV akan melakukan perhitungan waktu, apakah melanggar batas waktu maksimal untuk parkir atau tidak.  

Model kedua adalah melakukan monitoring terhadap orang-orang yang tidak memakai masker. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi apabila aturan PSBB dilonggarkan, masih banyak masyarakat yang berkeliaran tanpa menggunakan masker yang baik dan benar, maka pihak manajemen kawasan bisa melakukan tindakan lebih lanjut. Model ini dikembangkan dengan kemampuan dapat mengenali wajah dan membedakan wajah yang bermasker atau tidak.



“Secara garis besar, kami membangun model kedua ini dengan Single Shot Detector (SSD) dan deep CNN. Lalu kita masukan dataset ratusan ribu wajah-wajah lokal Indonesia dan atributnya yang ada. Untuk inferensinya, kamera pertama-tama akan mendeteksi wajah, kemudian mengklasifikasikan wajah apakah memakai masker atau tidak, dan apabila tidak memakai masker kita bisa mendeteksi berdasarkan data base yang ada,” jelasnya.


Selain itu, Pusat Artificial Intelligence ITB juga telah melakukan model untuk mengestimasi jarak antarmanusia dan menghitung jumlah manusia yang terekam di dalam maupun di luar ruangan. Tujuannya untuk melihat apakah masyarakat sudah menerapkan physical distancing atau tidak.

Utama dan team juga telah membuat model untuk melakukan monitoring pergerakan manusia secara umum. “Harapannya, setiap pergerakan manusia yang terekam CCTV melalui model pergerakan manusia bisa kami ikuti dan melakukan tracing,” ungkapnya.