Benarkah Gempa Sumedang Dipicu oleh Adanya Aktivitas Sesar Cileunyi-Tanjungsari? Begini Tanggapan Pakar Gempa ITB

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 4,8 mengguncang Sumedang, Jawa Barat pada Minggu (31/12/2023) malam. Guncangan gempa tidak hanya terasa di Sumedang dan sekitarnya, namun juga beberapa wilayah di Jawa Barat.

Terjadinya gempa Sumedang diduga berasal dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Meski begitu, pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Irwan Meilano, S.T., M.Sc., mengatakan hal tersebut masih perlu diteliti lebih dalam lagi.

"Untuk Sesar Cileunyi-Tanjungsari itu kami masih menggunakan referensi dari Badan Geologi. Menurut Badan Geologi, sesar tersebut terbagi menjadi 2 segmen, yakni segmen utara dan selatan," ujarnya saat ditemui Kamis (11/1/2024).

Berdasarkan keterangan resmi dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi (PVMBG), Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar aktif yang telah diidentifikasi sejak 2008.

Sesar Cileunyi-Tanjungsari adalah sesar mendatar mengiri yang sebarannya dimulai dari selatan Desa Tanjungsari, kemudian diteruskan ke arah lembah Sungai Cipeles, sebelah barat Kota Sumedang.

Lebih lanjut, Prof. Irwan menjelaskan bahwa segmen utara Sesar Cileunyi-Tanjungsari berpotensi untuk menghasilkan gempa dengan kekuatan Magnitudo 6.0, sementara di segmen selatan berpeluang terjadi gempa dengan kekuatan Magnitudo 6.1.

"Namun masih ada kemungkinan kedua segmen tersebut menghasilkan sebuah gempa yang kekuatannya lebih tinggi, misalnya yang di atas Magnitudo 6.5. Namun tentu tersebut tidak kita harapkan itu terjadi," katanya.

"Akan tetapi kalau misalnya terjadi gempa Magnitudo 6.5, maka panjang segmennya bisa lebih dari 15 kilometer. Hanya saja yang masih menjadi pertanyaan dalam sumber gempa, apakah benar terjadi di ujung segmen Sesar Cileunyi-Tanjungsari?" lanjutnya.

Maka dari itu, beliau serta Tim Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, masih akan meneliti lebih lanjut dari data spasial serta melakukan pengamatan melalui seismograf mengenai pemicu dari gempa Sumedang. Selain itu, tim tersebut juga akan meneliti soal kemungkinan gempa susulan serta potensi kebencanaan lainnya.


Dokumentasi Bappenda Kabupaten Sumedang

"Jadi untuk menjawab apakah memang ada segmen dari Sesar Cileunyi-Tanjungsari sebagai pemicu gempa Sumedang, ataukah ada sumber gempa yang berbeda, kami masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam," tuturnya.

Gempa yang terjadi di Sumedang pada akhir 2023 dan awal tahun 2024 ini, tidak hanya dirasakan di wilayah Sumedang. Namun guncangannya pun terasa sampai ke Bandung, Lembang, dan sekitarnya. Tak heran, hal ini membuat berbagai spekulasi mengenai adanya hubungan antara Sesar Cileunyi-Tanjungsari dengan aktivitas Sesar Lembang.

Prof. Irwan pun memastikan sejauh ini Sesar Cileunyi-Tanjungsari tidak berkaitan dengan aktivitas sesar lainnya, termasuk Sesar Lembang.

"Jadi secara umum dua sesar tersebut memiliki karakternya sendiri, yang satu merupakan sesar mendatar, sementara yang satu lagi terbilang sesar naik. Sehingga dua sesar itu mempunyai parameter gempa serta periodesasi gempa yang berbeda. Secara teoritis keduanya tidak saling berkaitan," ucapnya.

Menurutnya yang terpenting kini adalah bagaimana membuat masyarakat lebih aware melihat adanya potensi bencana ke depannya, melalui mitigasi bencana. Tentunya mitigasi bencana ini perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga penelitian, komunitas lokal, dan lain sebagainya. Guna semakin meminimalisir risiko serta melindungi masyarakat dari dampak buruk bencana alam.