Anyaman Pandan Desa Sungai Bakau: Sinergi Dosen FSRD ITB dan Perajin Hilirisasi Ekonomi Lokal

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

KETAPANG, itb.ac.id — Desa Sungai Bakau, Ketapang, Kalimantan Barat, menyimpan potensi kerajinan pandan berduri yang bernilai budaya dan ekonomi. Kerajinan anyaman pandan telah mengurat mengakar dengan budaya dan identitas masyarakat setempat. Daun pandan liar yang tumbuh disulap menjadi tikar, tempat bumbu dapur, dan beberapa produk anyaman sederhana. Produksinya masih terbatas padahal potensinya menjadi komoditas ekspor terbuka lebar. Inilah yang menjadi inisiatif Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) dalam memberdayakan para perajin anyaman pandan Desa Sungai Bakau meningkatkan kualitas kerajinannya.

Kegiatan pendampingan ini telah rutin dilakukan sejak tahun 2021 yang berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITB, Rumah BUMN, dan PT Pegadaian (Persero). Pelatihan yang diberikan mencakup teknik pewarnaan, variasi desain, dan teknik menjahit.

”Pada awalnya, anyaman pandan di Desa Sungai Bakau hanya dijadikan tikar untuk membungkus mayat dan berbagai produk lainnya yang tidak memiliki nilai estetika. Desain yang dirancang masih monoton, membuat produknya sulit menembus pasar internasional. Sangat disayangkan warisan budaya sekaligus potensi ekonomi yang besar ini belum mampu bersaing karena minimnya pendampingan dari para pakar,” ujar ketua pengabdian masyarakat, Dr. Tri Sulistyaningtyas, M.Hum.

   

Mereka memberikan pelatihan teknik pewarnaan alami yang dipandu Dr. Dian Widiawati, S.Sn., M.Sn., dari Kriya ITB pada Selasa (25/6/2024). Bahan baku pewarnanya memanfaatkan potensi lokal, seperti daun ketapang, jati, mangga, dan bunga-bungaan. Menurut Dr. Tyas, selain ramah lingkungan, pewarna alami dapat menggantikan pewarna sintetis yang sulit diperoleh di daerah tersebut. Materi lainnya mengenai variasi desain disampaikan oleh Dr. Husen Hendriyana, S.Sn., M.Ds., dosen ISBI Bandung, serta Herman Subrata sebagai pakar menjahit. Ketiganya memaparkan materi secara interaktif kepada 35 anggota UMKM Sa’a Family, Sungai Bakau.

”Ibu-ibu melakoni kegiatan workshop dengan antusias. Para perajin bisa langsung menjajal beragam teknik yang dicontohkan para pakar. Tim kami juga membawakan contoh bahan dan produk yang dilirik pasar internasional. Para perajin didorong untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk yang sesuai dengan selera pasar. Anyaman pandan ini dapat dikreasikan dengan bahan-bahan lain, seperti kain katun, kain denim, hingga kulit. Teknik pilin untuk pandan pun kami kenalkan agar bisa menciptakan produk yang lebih kokoh dan unik. Dengan mengkreasikan desain produk anyaman pandan ini, dapat meningkatkan harga jual dan permintaan produk,” ujar Yani Suryani, S.S., M.Hum.

Kegigihan tim pengabdian ini yang dibarengi dengan kesungguhan anggota UMKM Sa’a Family untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri, membuahkan hasil manis. Sejak tahun 2023, anggota UMKM ini telah getol mengikuti gelaran Inacraft, salah satu pameran produk kerajinan terbesar di Asia Tenggara. Mereka mulai menyabet berbagai prestasi dan penghargaan.

   

Beliau menyampaikan dengan kegiatan pengabdian masyarakat, keilmuan para dosen dan peneliti dapat dirasakan secara nyata, tidak eksklusif hanya untuk kalangan akademisi. Pendampingan yang telah dilakukan mampu memberdayakan daerah dan memangkas sedikit kesenjangan di daerah tertinggal yang memiliki kendala akses informasi, infrastruktur, dan transportasi.

”Penelitian yang sudah digarap dosen-dosen ITB di bidangnya harus bisa menjangkau masyarakat, apalagi dari rumpun seni rupa. Desa Sungai Bakau hanya satu dari sekian banyak daerah yang masih memerlukan pendampingan para pakar untuk mengembangkan potensi daerahnya. Usai kehadiran kami, ibu-ibu baru tergugah untuk terus belajar dan berprestasi. Semoga pengabdian ITB dalam mendukung tercapainya pengelolaan budaya di berbagai daerah dan pemberdayaan masyarakat semakin gencar dilaksanakan,” ujar Dr. Tyas.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

#fsrd #pengabdian #kerajinan #anyaman #pandan