Pemanfaatan Internet Satelit Dukung Akses Informasi dan Komunikasi di Desa Nursifa, Halmahera Tengah

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

Proses instalasi internet satelit. (Dok. Istimewa)

BANDUNG, itb.ac.id — Kolaborasi pembangunan antara pihak Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan masyarakat desa kembali terfasilitasi oleh aplikasi Desanesha besutan Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITB. Salah satunya adalah laporan dari Kepala Desa Nursifa, Kecamatan Patani Timur, Kabupaten Halmahera Tengah yang mengadukan keterbatasan akses internet di daerahnya.

Internet telah menjadi salah satu infrastruktur vital yang membawa perubahan signifikan, terutama dalam hal pendidikan, komunikasi, serta akses terhadap informasi penting lainnya. Namun, hal ini sulit dijangkau bagi semua masyarakat di Desa Nursifa. Jaringan atau sinyal dari provider hanya bisa diakses oleh penduduk yang tinggal di pesisir. Beberapa warga yang mengandalkan token listrik pun harus membeli dari desa tetangga yang jaraknya terpaut cukup jauh.

”Kami melakukan instalasi internet satelit di 3 titik strategis dengan kecepatan internet mencapai 134 Mbps pada 19-23 Agustus 2024. Kami turut melakukan pelatihan singkat kepada warga agar nantinya bisa melakukan maintenance secara pribadi jika terjadi gangguan koneksi internet. Satu set alat untuk perbaikan instalasi internet satelitnya juga sudah kami serahkan kepada warga. Tim pengabdian masyarakat kami bekerja sama dengan partisipasi aktif warga lokal untuk memastikan instalasi berjalan sesuai kebutuhan masyarakat dan kondisi lapangan. Secara berkala kami juga melakukan pemantauan dan pendampingan jarak jauh terhadap Desa Nursifa,” kata Miga Magenika Julian, S.T., M.T.

Edukasi dilakukan kepada warga untuk melakukan troubleshooting agar kendala koneksi internet di kemudian hari bisa teratasi (Dok. Istimewa).

Firdania, teknisi yang terlibat dalam tim pengabdian ini, mengatakan keunggulan internet satelit Starlink yang mereka pasang ini mampu menyediakan jaringan internet di daerah terpencil tanpa infrastruktur kabel. Jika dibandingkan dengan internet satelit konvensional, satelit milik Starlink lebih dekat dengan bumi sehingga latensinya lebih rendah dan membuat kecepatannya lebih baik. Satu unit internet satelit mampu mengakomodasi hingga 250 perangkat terkoneksi.

Seorang warga senior di Desa Nursifa, Hamzah, menuturkan kegiatan pengabdian ini dinilainya menyentuh kebutuhan pokok warga yaitu akses internet. ”Kami berterima kasih karena dengan teknologi yang diterapkan di sini mampu menunjang pendidikan anak-anak, terutama dalam mencari referensi yang diperlukan untuk tugas sekolah atau mencari materi tambahan yang mendukung kurikulum pembelajaran. Sebelum internet satelit ini hadir, kami harus mengunjungi perpustakaan kota dan mengandalkan buku-buku lama. Dalam situasi mendesak, kami terpaksa pergi ke desa tetangga yang memiliki akses internet atau ke pusat kota untuk menggunakan internet kafe. Hal ini tentu sangat menyulitkan,” katanya.

Implementasi ini sejalan dengan harapan Miga agar warga Desa Nursifa bisa lebih terhubung dan mendapatkan akses yang sama terhadap informasi dan layanan digital, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. ”Mudah-mudahan pembangunan internet satelit ini dapat menjadi pilot study untuk desa-desa 3T lainnya di Indonesia. Kemudahan akses informasi ini diharapkan dapat mempercepat perkembangan Desa Nursifa,” ujar dosen Teknik Geodesi dan Geomatika itu.

Beliau menargetkan rencana ke depannya untuk menambahkan sumber listrik cadangan, misalnya dengan solar panel agar koneksi internet tetap tersedia meskipun pemadaman listrik terjadi. Beliau juga ingin menciptakan komunitas digital yang berdikari di desa ini. Masyarakat dapat memanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, misalnya mempelajari keterampilan baru dan melakukan pemasaran hasil tangkapan laut secara digital.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

#internet satelit #akses informasi #komunikasi #drpm itb