Inovasi Berbasis Teknologi Tepat Guna, Solusi Krisis Air Bersih di Desa Rabasa Haerain, NTT
Oleh Rayhan Adri Fulvian - Mahasiswa Teknik Geofisika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
Tim ITB bersama warga setempat meresmikan pemasangan alat ultrafiltrasi yang dipusatkan di Desa Alas dan mencakup tujuh desa lainnya, Rabu (20/11/2024). (Dok. DRPM ITB)
MALAKA, itb.ac.id - Air bersih adalah kebutuhan mendasar yang tidak hanya penting bagi kesehatan, tetapi juga menjadi pilar utama kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Namun, akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan besar, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Salah satu wilayah yang menghadapi persoalan ini adalah Desa Rabasa Haerain, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Saat musim kemarau panjang, desa ini kerap mengalami krisis air bersih. Warga harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan air, sementara kualitas air yang tersedia kerap tidak memenuhi standar.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya target akses universal terhadap air minum yang aman pada tahun 2030, diperlukan solusi yang nyata dan berkelanjutan. Untuk itu, tim dari Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB), yang dipimpin oleh Dr. Ir. Fatkhan, M.T., bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui program pengabdian masyarakat berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG). Program ini bertujuan memberikan solusi praktis dan berkelanjutan untuk krisis air bersih di Desa Rabasa Haerain dan enam desa lainnya di Kabupaten Malaka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Lokasi pengeboran sumur berada sekitar 200 meter di sebelah barat daya kantor Kelurahan Rabasa Haerain. (Dok. DRPM ITB)
Langkah awal dimulai dengan survei geolistrik pada pertengahan Oktober 2024 untuk menentukan lokasi potensial sumber air bawah tanah. Berdasarkan hasil survei, pengeboran dilakukan pada akhir Oktober hingga awal November 2024 di lokasi yang berjarak sekitar 200 meter sebelah barat daya dari kantor Kelurahan Rabasa Haerain. Dengan kedalaman mencapai 30 meter, sumur bor ini menghasilkan air yang jernih, lancar, dan tidak sadah, merupakan kondisi yang cukup langka untuk daerah dekat pantai.
Sebagai pelengkap, alat ultrafiltrasi dipasang untuk memastikan air dari sumur ini langsung layak diminum. Alat ini mampu menyaring bakteri dan mikroba tanpa menghilangkan kandungan mineral esensial yang dibutuhkan tubuh. Peresmian alat ultrafiltrasi ini dilakukan pada Rabu (20/11/2024) dan dipusatkan di Desa Alas, sekaligus mencakup tujuh desa lainnya di wilayah tersebut. Acara peresmian ditandai dengan minum bersama air hasil filtrasi, yang menjadi simbol keberhasilan program ini.
Air hasil pengeboran mengalir dengan lancar, jernih, dan tidak mengandung zat sadah, berbeda dengan air yang biasanya ditemukan di daerah dekat pantai. (Dok. DRPM ITB)
Dukungan penuh dari masyarakat lokal sangat membantu kelancaran pelaksanaan program ini, meskipun tantangan tetap ada, seperti kesulitan mencari air untuk mesin bor selama musim kemarau. Kehadiran sumur bor ini menjadi harapan baru bagi warga Desa Rabasa Haerain. Tidak hanya memberikan akses mudah terhadap air bersih, tetapi juga mengurangi beban ekonomi yang sebelumnya harus mereka tanggung untuk membeli air dalam tangki.
Program ini adalah wujud nyata komitmen ITB dalam menunjukkan kepeduliannya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya di wilayah yang membutuhkan. Semoga inisiatif serupa dapat terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak desa, memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
Reporter: Rayhan Adri Fulvian (Teknik Geofisika, 2021)