Studium Generale ITB Bahas AI untuk Transformasi Pendidikan
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Studium Generale, di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Rabu (13/11/2024) yang diikuti ratusan mahasiswa secara tatap muka serta daring melalui Zoom Meeting dan Youtube ITB Official. Kuliah umum tersebut menghadirkan Co-Founder dan CEO EduBeyond, Miklos Sunario dengan tema "Artificial Intelligence untuk Transformasi Pendidikan: Tantangan dan Peluangnya bagi Generasi Emas di Masa Depan”.
AI merujuk pada sistem atau mesin yang dapat menjalankan tugas yang sebelumnya memerlukan kecerdasan manusia. AI memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi secara otomatis, yang memungkinkan mesin untuk semakin cerdas seiring berjalannya waktu. Proses kerjanya mencakup tiga tahapan, yakni generalized learning, reasoning, dan problem solving. Selama bertahun-tahun, AI terus berkembang, dengan berbagai terobosan teknologi yang semakin mendekati kemampuan berpikir layaknya manusia.
Pada tahun 1950, Alan Turing melakukan eksperimen yang dikenal dengan "Turing Test" untuk menguji apakah mesin dapat menunjukkan kecerdasan yang mirip dengan manusia. Meskipun eksperimen ini belum memberikan hasil yang optimal, hal itu menandai awal mula pengembangan AI.
Dalam pengembangan AI, tantangan utama yang terus dihadapi adalah kemampuan mesin untuk memahami bahasa manusia yang kompleks, misalnya satu kata dapat memiliki banyak arti tergantung pada konteksnya.
Tahun 2012 menandai kelahiran Large Language Model (LLM) pertama yang mampu memproses dan memahami pola bahasa manusia. Sejak saat itu, AI terus berkembang dengan menggunakan teknologi deep learning, transformer models, serta pengembangan terbaru oleh OpenAI dengan GPT-3 yang terus mengalami penyempurnaan.
Dalam konteks pendidikan, Miklos Sunario mengungkapkan tiga tantangan utama yang dihadapi Indonesia. Pertama, ada anggapan bahwa pendidikan adalah investasi yang kurang menguntungkan. Kedua, banyak yang berpandangan bahwa pendidikan tidak relevan dengan dunia kerja, karena banyak pekerja yang tidak bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Ketiga, ada persepsi bahwa pendidikan terlalu teoritis dan kurang aplikatif dalam dunia nyata.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)