Desain perkotaan mulai mendapat perhatian di Indonesia pada akhir tahun 1980-an dan telah berkembang pesar saat itu. Hal ini pun diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan desain perkotaan bagi para profesional desainer badan perencanaan lokal, regional, dan nasional, untuk mendukung pelaksanaan kebijakan nasional tentang otonomi daerah. Petugas dewan perencanaan nasional diminta untuk mempersiapkan dan mengevaluasi kebijakan, strategi, konsep, pedoman, rencana induk, dan program pembangunan perkotaan, serta terlibat dalam desain rinci mengenai pengelolaan ruang kota, yang menuntut apresiasi terhadap struktur dan konteks perkotaan yang lebih baik.
Pendekatan, konsep, dan prinsip desain perkotaan yang dipelajari di negara maju tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah terkait di Indonesia baik saat ini dan di masa depan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan besar dalam konteks sosial budaya, politik, ekonomi, dan fisik alam. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan pendekatan, konsep, dan prinsip desain dan pembangunan perkotaannya sendiri, yang berdasar pada konteks dan pengalamannya.
Inisiatif untuk mendirikan Program Magister Rancang Kota di ITB dimulai pada tahun 2001. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa pada teori dasar, metode, dan konten substantif desain perkotaan, serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan professional melalui serangkaian pelatihan/studio praktek rancang kota. Didasarkan pula oleh penekanan kuat pada proses perancangan dan kontribusi kreatif terhadap solusi masalah perkotaan melalui desain.