20 Desainer Muda dari Sarawak Lulus Program Pelatihan Desain di FSRD ITB

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami

Pemberian sertifikat kelulusan bagi peserta Say D’signer Sarawak tahun 2022 oleh Sekretaris Institut, Prof. Widjaja Martokusumo. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

BANDUNG, itb.ac.id–Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Closing Ceremony Say D’signer Sarawak tahun 2022. Acara tersebut berisi upacara wisuda dan pembagian sertifikat tanda lulus bagi peserta angkatan 2-4 Say D’signer Sarawak.

Tahun ini, sebanyak 20 desainer muda dari Sarawak telah menyelesaikan pelatihan desain kerja sama antara FSRD ITB dan Sarawak Design Center (SARADEC). Selain itu, tahun ini pun menjadi momentum berkumpulnya 26 alumni program Say D’Signer di Bandung. Acara dilaksanakan secara luring di Ballroom Pullman Grand Central, pada Selasa (6/12/2022).

Closing Ceremony Say D’signer Sarawak dihadiri oleh Konjen RI Kuching dan Perdana Menteri Sarawak, YB Datuk Amar Haji Awang Tengah bin Ali Hasan beserta jajarannya sebagai perwakilan Sarawak. Selain itu, juga dihadiri oleh Sekretaris ITB Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, Dekan FSRD ITB Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, S.Sn, M.Sn., dan Koordinator Say D’signer Sarawak Dr. Imam Santosa, M.Sn., sebagai perwakilan dari ITB. Acara juga dimeriahkan oleh tarian tradisional Sarawak dan rekan media Sarawak.

Sarawak Design Center (SARADEC) dan Fakultas Seni rupa dan Desain ITB (FSRD ITB) telah melakukan kerja sama penyelenggaraan kegiatan pelatihan bagi desainer muda yang berfokus di industri mebel (Say D’signer Sarawak STIDC) sejak tahun 2018. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Sarawak dan mahasiswa ITB untuk menjalankan serangkaian kegiatan di FSRD ITB selama 12 bulan. Hingga tahun 2022, terdapat empat angkatan dan 32 alumni yang telah menyelesaikan pelatihan ini.

Salah seorang pengunjung tengah melihat poster hasil karya peserta progam desainer muda Sarawak yang pelatihannya bekerja sama dengan FSRD ITB. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

Program SayD’signers Sarawak memiliki serangkaian pelatihan bagi pesertanya. Pertama, peserta menjalani Design Studio yang terdiri dari kegiatan pelatihan design dan lokakarya untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah desain furnitur, aspek utilitas, organisasi, urutan tipologis, ergonomis, material, desain berkelanjutan, studi budaya, dan studi pasar. Proyek utama dari pelatihan ini berupa penerapan semua ilmu yang didapat dalam proyek pribadi tiap semester.

Kedua, Design Project yang mengharuskan peserta membuat objek desain dan prototipe untuk dipamerkan di akhir program. Dalam satu tahun, program dibagi menjadi dua proyek yakni Easy Chair dan Modern Contemporary Furniture Set. Ketiga, peserta juga berkesempatan untuk melakukan kunjungan studi ke pusat industri mebel dan kerajinan di Cirebon, Surakarta, dan Jepara untuk memperluas perspektif terhadap industri mebel.

Beberapa hasil karya desain kursi dipamerkan di acara Closing Ceremony Say D’signer Sarawak. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

Dekan FSRD Dr. Andryanto Rikrik mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian empat tahun kerja sama SARADEC dan ITB hingga meluluskan 32 designer muda. Hal ini didukung oleh Prof. Widjaja yang turut mengucapkan apresiasi kepada SARADEC untuk mengadakan acara ini sehingga program ini bisa berjalan dengan baik. ITB berharap para desainer muda mampu berkontribusi aktif dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial industri setelah menjalankan program ini sehingga kekayaan sumber daya alam dua negara bisa dioptimalkan dalam karya seni.

Program ini sekaligus bertujuan untuk mendorong pengembangan industri kayu di Sarawak. Hal ini dikarenakan kayu merupakan komoditas terbesar keempat di Sarawak. Sehingga, Perdana Menteri Sarawak YB Datuk Amar Haji Awang Tengah bin Ali Hasan sangat berharap industri kayu di Sarawak mampu menembus pasar internasional dengan dilaksanakannya program ini.

Sekretaris Institut ITB, Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo menyampaikan sambutan. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

Selain itu, Datuk Amar juga sangat mendukung program ini karena desain perabotan yang dikembangkan harus selaras dengan tradisi dan keunggulan dari bahan yang digunakan. Sehingga produk yang dihasilkan bernilai ekonomi tinggi dan berkelanjutan.

Perdana Menteri Sarawak, YB Datuk Amar Haji Awang Tengah bin Ali Hasan. (Foto: Adi Permana/Humas ITB)

“Kami berharap program ini bisa terus berlanjut hingga tahun 2030 demi menghasilkan 100 designer muda industri mebel terlatih,” ungkap Datuk Umar.


Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)