Aero-Inspiration ITB 2013: R-80, Pesawat Komersil Masa Depan Karya Indonesia
Oleh Nida Nurul Huda
Editor Nida Nurul Huda
Seminar yang bertempat di Gedung FTMD ITB, Ruang Seminar Lt.2. tersebut menghadirkan Agung Nugroho (Direktur Utama PT.Regio Aviasi Industri) dan Dr. Hisar M. Pasaribu (Dosen Teknik Penerbangan ITB).
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tentu perlu sarana transportasi yang memberikan 'kecepatan', fleksibilitas, dan keekonomian. Pesawat merupakan sarana transportasi yang menjawab kebutuhan tersebutdan tidak dapat dipenuhi oleh transportasi lain. Program R-80 yang dikembangkan oleh PT.RAI mencoba menjawab tantangan tersebut.
Industri angkutan udara di Indonesia tumbuh dengan cepat. Peluang Program R-80 sebagai industri dirgantara nasional dirasa tepat bagi Indonesia sekarang atau kedepannya. "Data di tahun 2012, Indonesia memiliki 70 juta penumpang per tahun atau 1/3 dari jumlah penduduk sekarang. Diperkirakan, angka tersebut naik menjadi 500 juta penumpang per tahun. Angka tersebut merupakan 'berkah' bagi kedirgantaraan di Indonesia", ujar Agung.
Pengembangan Program R-80 yang dimulai di tahun 2013 akan memiliki spesifikasi lebih canggih dari N-250. Nantinya, pesawat R-80 akan memiliki badan pesawat lebih besar dengan daya tampung sampai 70-90 penumpang,lebih hemat bahan bakar, biaya operasi rendah, dan tetap menggunakan baling-baling sebagai penggerak pesawat. Dengan sasaran, memenuhi pasar turboprop nasional dan internasional dan membangun kembali kemampuan anak bangsa dibidang produksi dan penjualan pesawat terbang.
Dibalik peluang yang besar, pelaksanaan Program R-80 bukan tanpa tantangan. Tantangan lain yang dihadapi oleh kedirgantaraan Indonesia diantaranya, air navigation, MRO pesawat (Maintenance, Repair, Operating), transportasi udara, regulasi dan kebijakan, pendidikan dan latihan kedirgantaraan, kebandaraan.Delivery pesawat R-80 direncanakan perdana di tahun 2019.
"Program R-80 juga perlu dukungan pemerintah, jika tidak pasar kita akan hilang. Kita sudah tahu potensi kita besar. Kalau dibiarkan, bisa saja 'orang luar' yang menikmati berkah ini", tutup Hisar.