Arsitektur ITB Gelar Kuliah Umum tentang Rusunami, Rusunawa, dan Kawasan Eksisting

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Program Sarjana dan Magister Arsitektur Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan kuliah tamu pada Kamis (26/8/2021) bertajuk “Pengantar Desain: Rusunami dan Rusunawa serta Penjelasan Kondisi Eksisting Kawasan”. Mengisi perkuliahan, dihadirkan narasumber dengan segudang prestasi, yakni Didi Haryadi, seorang praktisi, arsitek, dan anggota Dewan Arsitek Indonesia.

Salah satu peran penting Didi adalah pada perancangan pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Salah satu desain yang ia rancang adalah Wisma Atlet.

Didi menjelaskan bahwa pemerintah saat ini sedang mengurangi rusun untuk masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan. “Sekarang di Indonesia yang makin banyak adalah yang menengah,” ungkapnya, Konsep dengan memperbanyak rusun menengah ditujukan untuk mendorong yang rendah dan memperbaiki yang atas. Dengan adanya pengelompokan tersebut, muncul perbedaan perilaku, gaya hidup, dan karakter sosial masyarakat. “Kelompok menengah menggunakan rumah sebagai tempat tinggal, sedangkan kelompok tinggi menggunakan rumah hanya sebagai tempat istirahat karena lebih banyak beraktivitas di luar rumah,” tutur Didi.

Dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pembangun, terdapat jarak sebelum arsitek mulai bekerja. Salah satu hal yang harus dilakukan sebelumnya adalah memperkirakan sasaran sebagai dasar pembangunan. “Banyak aspek lain yang tidak bisa kita tentukan. Misal, aspek bisnis dan aspek politisnya. Kita selalu minta dulu perkiraannya, kelompok sasarannya, segmennya bagaimana, dan seterusnya. Ini yang menjadi dasar arsitek untuk membuat seperti apa,” jelasnya.

Optimasi pembangunan dilakukan arsitek dengan beberapa teknik. Salah satunya dengan membuat celah-celah pada tiap unit agar sinar matahari dapat masuk. Hal tersebut sangat berpengaruh, salah satunya terhadap biaya operasional. Selain itu, tiap-tiap unit juga perlu mengalokasikan tempat untuk ruang basah seperti dapur dan kamar mandi. Adapun optimasi transportasi vertikal juga dilakukan untuk mengurangi biaya listrik bagi pengguna parkir.

Terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan ruang bersama pada rumah susun. Salah satunya adalah untuk mengubah pola pikir dan perilaku. Contohnya, ruang bersama dirancang zig-zag agar tidak ada ruang tanpa bertuan. “Ini berangkat dari sisi kebutuhan. Tujuannya agar semua koridor ada yang memiliki. Jika tidak dibuat zig-zag, ada sisi yang kosong yang akan menjadi ruang tidak bertuan. Ruang tersebut nantinya tidak akan dibersihkan oleh pemilik unit di sekitar ruang tersebut,” ungkap Didi.

Terdapat tiga komponen dalam perancangan pembangunan rusun antara lain arsitek, struktur, dan mekanikal. “Konsep struktur berangkat dari peluang bagi arsitek untuk membuat bentuk yang beraneka macam. Namun, prosesnya tetap sesuai dengan aspek teknis yang ada untuk menjadi dasar.

Penjelasan kemudian berlanjut mengenai beberapa lokasi studi di beberapa wilayah, misalnya area kampung dan kompleks perumahan instansi. Terdapat pula wilayah huni kelompok rendah dan kelompok menengah. “Sebaran fasilitas umum dan fasilitas sosial di sekitar lokasi dapat menjadi masukan. Misalnya, perlu dicari tahu apakah perlu dibuat tambahan sekolah dasar atau tidak,” jelas Didi.

Kuliah ditutup dengan penjelasan mengenai preseden. Biasanya konsepnya hampir sama. Terdapat satu ruangan di tengah sebagai ruangan bersama. Desain tersebut memang paling sering dipakai.

Reporter: Zahra Annisa Fitri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)