AUN-ITB Summer Camp 2024 Membangun Jembatan Budaya di Lingkungan Global
Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama ASEAN University Network (AUN) menghadirkan program AUN-ITB Summer Camp (AISC) 2024 yang dimulai sejak 15 Juli hingga 29 Juli 2024 dengan tema “Integrated Sustainability for Thriving Communities”.
Dosen dari Kelompok Keahlian Manajemen Manusia dan Pengetahuan, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Andika Putra Pratama, M.S.M., Ph.D., menjadi keynote speaker pada pembukaan kegiatan di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, Senin (15/7/2024). Beliau menyampaikan topik bertajuk “Intercultural Management: Managing Across Different Cultural and Identity Backgrounds”.
Beliau menjelaskan pentingnya memahami dan mengelola perbedaan budaya serta identitas dalam konteks global yang semakin terhubung. Budaya merupakan hasil dari proses pembelajaran sosial dan berbagi, yang menciptakan identitas budaya yang unik bagi setiap individu. Dalam konteks ini, identitas budaya dapat mencakup berbagai aspek, seperti pekerjaan, kelas sosial, filosofi politik atau keagamaan, geografi, bahasa, serta ciri biologis yang memiliki aspek budaya, seperti kesehatan, jenis kelamin, etnisitas, serta usia.
Dalam dunia yang semakin beragam, beliau menekankan pentingnya keberanian untuk mengekspresikan pendapat serta keterbukaan terhadap pandangan orang lain. Menurutnya, sebuah tim yang multikultural dapat dikatakan sukses jika tim tersebut mampu menyeimbangkan antara keberanian untuk berpendapat dan keterbukaan terhadap pandangan lain. Lingkungan keragaman yang berhasil adalah tentang keseimbangan antara keberanian dan kerja sama.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam manajemen lintas budaya adalah konflik yang konstruktif dan destruktif. Konflik yang konstruktif dapat menjadi sumber inovasi dan pembelajaran, sementara konflik yang destruktif dapat merusak hubungan dan kerja sama. Contohnya, bagaimana perbedaan kecil, seperti persepsi tentang waktu, dapat menjadi sumber ketegangan apabila tidak dikelola dengan baik.
Selain itu dibahas mengenai identitas budaya yang dibentuk oleh berbagai faktor, termasuk di dalamnya geografi dan bahasa. Meskipun geografi memainkan peran penting dalam membentuk identitas, ada aspek-aspek lain yang dapat memberikan arti dan nilai berbeda, seperti pekerjaan atau keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi. Dalam contoh lain, bahasa dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas seseorang, yang memungkinkan mereka terhubung dengan orang lain.
“Bahasa juga merupakan bagian dari identitas kita yang memberikan kita makna. Dalam kasus saya khususnya, bahasa Inggris menjadi bagian dari identitas saya, bahasa Inggris menghubungkan saya dengan orang-orang. Jadi, itulah nilai yang terkait dengannya. Bahasa Indonesia menghubungkan saya dengan orang Indonesia lainnya. Namun, bahasa Indonesia juga membatasi kita untuk berbicara dengan orang lain yang tidak mengerti bahasa kita,” tuturnya.
Dalam dunia kerja global, perlu adanya keterbukaan terhadap keragaman budaya dan identitas. Para peserta didorong untuk membuka diri terhadap budaya lain dan membangun jembatan antara perbedaan yang ada.
Beliau mengajak peserta mengenal diri dan juga orang lain melalui diskusi kelompok, membagikan aspek-aspek identitas budaya yang mereka miliki, dan bagaimana hal tersebut membentuk kepercayaan dan nilai mereka. Diharapkan, sesi tersebut dapat membantu peserta lebih memahami keragaman yang ada dan mampu bekerja sama secara efektif dalam lingkungan yang multikultural.
Reporter dan dokumentasi: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)