Ayaskara Pukau Warga ITB dengan Sajian Teatrikal dan Kuliner Tematik

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

BANDUNG, itb.ac.id - Sabtu (30/04/16) malam di kampus Ganesha bukanlah Sabtu malam pada umumnya. Hujan yang mengguyur Bandung di sore hari meninggalkan kesan sejuk sekaligus tenang. Di antara riuh rendah kota Bandung di Sabtu malam, mahasiswa SBM ITB angkatan 2015 mengadakan suatu suguhan artistik dan kuliner yang tidak umum. Dalam satu hari, area boulevard dan lapangan Campus Center ITB kampus Ganesha dijadikan sebuah wahana pertunjukan teater dan kuliner yang unik. Persembahan yang dinamai "Ayaskara" tersebut adalah murni hasil kerja para peserta mata kuliah Leadership and Management Practice SBM ITB. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa ditantang untuk mengaplikasikan kemampuan manajemen, bekerja sama, berkoordinasi, dan berkomunikasi.

Pertunjukan Opera di Dua Panggung


Sejak pukul enam sore, boulevard ITB dipenuhi oleh ribuan pengunjung. Pengunjung notabene adalah mahasiswa dan orang tua mahasiswa yang ingin menikmati tampilan atraktif mahasiswa SBM ITB. Semua mata seakan tertuju pada sebuah panggung besar di atas Lapangan CC Timur saat ancaman untuk berperang dilancarkan oleh Raja Aruna. Pertunjukan teatrikal Ayaskara dimulai dengan mengambil latar tempat fiktif bernama Aruna, sebuah kerajaan fantasi. Dalam dinginnya Sabtu tersebut, penonton dibuat tegang dengan sebuah adegan pertarungan saudara. Perang tersebut berujung pada tewasnya sang puteri kerajaan Aruna. Ayaskara sukses mencampuradukkan emosi pengunjungnya.

 

Tidak berhenti di Aruna, pertunjukan dilanjutkan di sebuah panggung di Lapangan CC Barat. Panggung tersebut dimanfaatkan untuk menampilkan kejadian di Arjiva, sisi gelap dari Aruna. Di Arjiva, suasana dibuat semakin cair dengan pertunjukan sulap dan komedi. Penonton yang tadinya tegang, akhirnya dapat mengembangkan senyuman akibat tingkah lawak sepasang penyihir dari Arjiva.

 

"ITB Tidak Selalu Tentang Teori"

Instalasi Ayaskara yang tematik berhasil memesona Andi Mulhanan Tombolotutu, ayah dari Andi Magie Fitrahnurlia (Sekolah Bisnis dan Manajemen 2015). Awalnya, Mulhanan memperkirakan bahwa Ayaskara adalah aKOCAK: Reaksi Pengunjung Saat Dihibur di Arjivacara pameran seperti pada umumnya. "Ternyata ini adalah pagelaran seni. Untungnya, suasana dan cuaca Bandung malam ini sangat mendukung dalam terciptanya suasana yang mencekam," ujar wakil walikota Palu era 2008-2015 tersebut. Beliau mengapresiasi kinerja mahasiswa SBM ITB yang telah menyelenggarakan rangkaian acara ini. "Orang yang tidak mengetahui siapa penyelenggara acara ini tentu berasumsi bahwa Ayaskara adalah acara yang digarap oleh event organizer profesional," tambah beliau.

Lain lagi dengan Avininda Fitria A. P. (Teknik Perminyakan 2014). Gadis yang menghadiri Oddisey 2015 ini menyadari beberapa kekurangan yang muncul akibat Oddisey digelar di lapangan terbuka. "Kali ini aksi di panggung jadi susah terlihat. Selain itu, pengeras suara yang digunakan kurang maksimal, sehingga pengalaman audio dari Oddisey kali ini terasa kurang memuaskan," ujar Avininda. Namun, setidaknya atraksi teatrikal yang memukau dan es krim gratis berhasil menghibur mahasiswa TPB ITB rumpun sains yang baru saja menyelesaikan ujian Kalkulus II beberapa jam sebelumnya.