BBRC ITB Galang Optimisme Kemandirian dalam Pemurnian Protein untuk Indonesia
Oleh Bayu Septyo
Editor Bayu Septyo
BANDUNG, itb.ac.id - Mengulik keilmuan tentang mahkluk hidup yang begitu kompleks memang tidak ada habisnya. Begitu banyak molekul yang terdapat dalam suatu organisme. Uniknya kehidupan organisme tersebut dipengaruhi oleh peranan tiap-tiap molekul yang sangat kecil namun begitu penting, salah satunya protein. Berkenaan dengan ini, Biosciences and Biotechnology Research Center (BBRC) ITB kembali mengadakan pelatihan 2nd Workshop on Protein Purification and Characterization pada Rabu hingga Sabtu (26-29/08/2015). Workshop yang didukung penuh oleh BioSM Indonesia dan TOSOH Jepang ini turut menghadirkan ahli protein dari berbagai institusi antara lain: Prof. Dr. Zeily Nurachman (ITB), Dr. Debbie S. Retnoningrum (ITB), Prof. Dr. Maggy T. Suhartono (IPB), Prof. Dr. Toto Subroto (Unpad), Dr. Neni Nurainy (PT. Biofarma), Dr. Khomaini Hasan (ITB) dan Hiroshi Tomizawa (TOSOH, Jepang). Perhelatan yang berlangsung di Gedung Riset dan Inovasi ITB (Eks PAU-ITB) tersebut diikuti oleh partisipan dari kalangan akademisi dan industri seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Islam Negeri Gunung Djati, Merck, dan PT. Dermama.
Dalam lokakarya tersebut, dilakukan elaborasi terhadap teori dan praktik pemurnian protein menggunakan matriks pemurnian Toyopearl yang dikembangkan TOSOH Jepang. Tujuan dari hal ini adalah untuk mematahkan paradigma para peneliti biosains Indonesia yang berpandangan bahwa pengerjaan protein memerlukan biaya yang mahal dan menyulitkan. Hal ini sebenarnya diakibatkan oleh minimnya pengkajian tentang keilmuan protein, termasuk diantaranya pemurnian protein. Dr. Khomaini Hasan dalam kesempatan berbeda memberikan keterangan, "Karena (kebanyakan saat ini, -red) banyak dari mereka yang bilang bahwa memurnikan protein memerlukan alat miliaran, padahal hanya dengan belasan hingga dua puluhan juta kita bisa asal kita tahu prinsipnya, intinya itu saja."
Selain itu, kegiatan ini juga diorientasikan agar terbentuknya nucleus yang berupa titik-titik society (masyarakat) yang mengerti pengerjaan protein. Partisipan yang berdatangan diharapkan mengerti dengan mudah bagaimana pemurnian protein dilakukan serta menyebarkan wawasan tersebut dalam masing-masing institusinya. Mengejutkannya, diantara alasan yang melatarbelakangi keikutsertaan peserta terdapat tekad untuk membangun kurikulum pengerjaan protein dan mengembangkan laboratorium protein. Namun, kegiatan yang menyertakan praktikum hands on ini bersifat selektif terhadap para peserta untuk menjamin kelayakan peserta dan tercapainya transfer ilmu. "Tidak mungkin praktisi dan ahli protein malah menjadi peserta, kita ingin mereka yang belum memahami menjadi memahami dengan adanya workshop ini, artinya keilmuan ini berhasil ditransfer," ungkap Dr. Khomaini.
Menurut Kepala BBRC ITB, Dr. Elfahmi, Apt., perhelatan ini merupakan kelanjutan dari lokakarya serupa dari tahun sebelumnya yang dilaksanakan oleh BBRC dibawah kepemimpinan Dr. Dessy Natalia. Workshop ini, lanjut Dr. Elfahmi, merupakan salah satu bagian dari fungsi knowledge transfer center yang dilakukan BBRC ITB. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan BBRC ITB secara konsisten menjadi salah satu kiblat Research and Development (RnD) ilmu pengetahuan dalam bidang protein dan enzim di Indonesia. Hal ini seperti diketahui sangat didukung dengan hadirnya staf-staf peneliti yang memiliki berbagai riset unggulan berbasis pengembangan protein dan enzim dan usaha-usaha komersialisasinya serta publikasi yang berkaitan erat dengan protein dan enzim.
Selain itu, kegiatan ini juga diorientasikan agar terbentuknya nucleus yang berupa titik-titik society (masyarakat) yang mengerti pengerjaan protein. Partisipan yang berdatangan diharapkan mengerti dengan mudah bagaimana pemurnian protein dilakukan serta menyebarkan wawasan tersebut dalam masing-masing institusinya. Mengejutkannya, diantara alasan yang melatarbelakangi keikutsertaan peserta terdapat tekad untuk membangun kurikulum pengerjaan protein dan mengembangkan laboratorium protein. Namun, kegiatan yang menyertakan praktikum hands on ini bersifat selektif terhadap para peserta untuk menjamin kelayakan peserta dan tercapainya transfer ilmu. "Tidak mungkin praktisi dan ahli protein malah menjadi peserta, kita ingin mereka yang belum memahami menjadi memahami dengan adanya workshop ini, artinya keilmuan ini berhasil ditransfer," ungkap Dr. Khomaini.
Menurut Kepala BBRC ITB, Dr. Elfahmi, Apt., perhelatan ini merupakan kelanjutan dari lokakarya serupa dari tahun sebelumnya yang dilaksanakan oleh BBRC dibawah kepemimpinan Dr. Dessy Natalia. Workshop ini, lanjut Dr. Elfahmi, merupakan salah satu bagian dari fungsi knowledge transfer center yang dilakukan BBRC ITB. Dengan adanya kegiatan seperti ini diharapkan BBRC ITB secara konsisten menjadi salah satu kiblat Research and Development (RnD) ilmu pengetahuan dalam bidang protein dan enzim di Indonesia. Hal ini seperti diketahui sangat didukung dengan hadirnya staf-staf peneliti yang memiliki berbagai riset unggulan berbasis pengembangan protein dan enzim dan usaha-usaha komersialisasinya serta publikasi yang berkaitan erat dengan protein dan enzim.