Bincang Ditmawa oleh FMK ITB, Membahas Beasiswa hingga Pengembangan Karakter Mahasiswa
BANDUNG, itb.ac.id – Forum Mahasiswa KIP-K (FMK) ITB menggelar Bincang Ditmawa, Minggu (10/09/23), di Ruang 9231 GKU Timur ITB Kampus Ganesha dan diikuti secara hybrid di Kampus Jatinangor dan Cirebon. Forum diskusi ini diperuntukkan bagi mahasiswa aktif sarjana penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).
Bincang Ditmawa merupakan wadah untuk memfasilitasi mahasiswa ITB yang ingin mengetahui, berinteraksi dua arah, dan bertanya lebih lanjut terkait kebijakan-kebijakan Direktorat Kemahasiswaan ITB mengenai beasiswa ITB, khususnya KIP-K.
Dalam sambutan pembuka, Direktur Kemahasiswaan Dr. G. Prasetyo Adhitama, S.Sn., M.Sn., berpesan bahwa beasiswa memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk mengikuti kuliah lebih lanjut setelah lulus mereka harus berkontribusi ke masyarakat.
“Itu tanggung jawab moral sebagai penerima mahasiswa untuk bisa memanfaatkan beasiswa itu dengan baik dan pada akhirnya melanjutkan manfaat itu kepada masyarakat”, ujarnya.
Kemudian Kepala Sub-Direktorat Beasiswa Nenden Rina Ratnakomala, S.T., M.T., memaparkan seputar beasiswa KIP-K. Dia menerangkan beberapa hal teknis terkait KIP-K, antara lain persyaratan ekonomi, jangka waktu pemberian, mekanisme pendaftaran, keunggulan penerima, komponen pembiayaan, hingga pembatalan status penerima. Saat ini, rincian mahasiswa on going ITB penerima KIP-K untuk angkatan 2020, 2021, dan 2022 berturut-turut adalah 460, 642, dan 663 orang.
“Angkatan 2023 diberikan kuota sebanyak 421 orang dan memang tahun ini mengalami penurunan yang cukup banyak kuotanya dan kita saat ini dalam proses penetapan”, ujarnya.
Selanjutnya, Kepala Sub-Direktorat Kesejahteraan Mahasiswa Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D., turut memberikan pemaparan. Sub-Direktorat ini berfokus pada kesejahteraan (well-being), di mana mahasiswa menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan mampu untuk memberikan kontribusi bagi komunitasnya. Terdapat dua fokus kegiatan utama, yakni, bimbingan konseling (BK) dan pengembangan karakter.
“ITB sudah menyiapkan ada lebih kurang 15 psikolog profesional. Dengan adik-adik datang ke BK ITB, biayanya nol rupiah, tidak perlu bayar ketemu psikolog yang profesional”, ungkapnya.
Tidak hanya melayani masalah kesehatan mental, BK ITB juga fokus ranah optimalisasi potensi, melalui layanan career & self-improvement coaching.
Lebih lanjut, Hendri menjelaskan alasan mengapa pengembangan karakter penting. Perlu diketahui, bahwa tuntutan yang diberikan kepada lulusan ITB sangat besar.
“Hasil dari tracer study, alumni yang sudah lulus bekerja di perusahaan, alumni ITB secara akademik, ok, bekerja individu, mantap banget, tapi konsisten juga bahwa alumni ITB lemah dari aspek manajemen diri dan manajemen orang lain”, jelasnya.
Oleh karena itu, ITB memiliki model pengembangan karakter mahasiswa yang dimulai dari pengenalan diri semasa TPB, eksplorasi pada tingkat 2 dan 3, dan aktualisasi diri pada tingkat akhir.
Diharapkan dengan adanya agenda ini, mahasiswa semakin mampu untuk membenahi manajemen diri serta memimpin diri dahulu sebelum memimpin orang lain, agar kelak memenuhi kompetensi lulusan yang sesuai nilai-nilai, harkat pendidikan, dan tujuan pendidikan ITB.
Reporter: Muh. Umar Thoriq (Teknik Pangan, 2019)
scan for download