Buat Alat Pendeteksi Gejala Eczema, Tim Mahasiswa ITB Juara Kompetisi L’Oreal Brandstorm 2019
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Melalui produk inovasi gelang pendeteksi gelaja penyakit eczema pada anak, tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menjadi juara pada ajang L’Oreal Brandstorm 2019 di Jakarta, 21 Maret 2019 lalu. Pada tahun ini, tema yang diangkat dalam kompetisi ialah ”Invent the Future Skincare Experience for Health-Conscious Consumers”.
Tim tersebut diberinama Phoenix yang terdiri atas Albert Sahala Theodore (Teknik Informatika 2016), Rifda Annelies Az Zahra (Sistem Teknologi Informasi 2016), dan Johan Poernomo (Teknik Elektro 2016). Ketiganya menciptakan ide inovasi gelang pendeteksi gejala eczema (eksim) pada kulit anak. Selain itu mereka juga menciptakan ide inovasi serum peredam gejala eczema pada anak. Gelang yang diberi nama Smart & Easy Band ini dicanangkan mampu mendeteksi tanda-tanda yang muncul pada kulit anak sebelum gejala eczema terjadi. Ketika gelang menangkap tanda tersebut, gelang akan menampilkan sinar khusus sehingga anak bisa mengetahui eczema akan terjadi. Kemudian anak akan mengolesi kulitnya dengan serum khusus yang bisa meredakan gejala eczema.
“Inovasi dalam bentuk gelang, aplikasi smartphone, serta rancangan produk ini dilatar belakangi oleh penyakit eczema yang merupakan salah satu isu di dunia kesehatan kulit. Kami memilih isu eczema karena masalah ini memang ada dan terjadi di dunia saat ini,” ungkap Rifda.
Eczema sendiri memiliki ciri berupa ruam – ruam kulit dan dapat diakibatkan oleh beberapa pemicu, seperti alergi, kulit kering, serta perubahan temperatur. Untuk saat ini, penyakit eczema tidak bisa disembuhkan secara sepenuhnya dan bisa muncul kembali apabila terdapat pemicunya. Oleh karena itu, satu – satunya cara mengatasi penyakit eczema adalah dengan treatment harian berupa pengondisian kulit agar penyakit eczema tidak terpicu, salah satunya adalah menjaga kulit agar tetap lembap.
Segmen dari penyakit eczema ini adalah anak – anak, dimana gejala awal mulai muncul sekitar umur 5 tahun dan anak yang terkena penyakit eczema juga cenderung mengalami bullying yang mengakibatkan dampak psikologis dan psikososial pada anak tersebut. Selain itu, anak - anak juga cenderung belum bisa merawat dirinya sendiri, sehingga kontrol dari orang tua sangat diperlukan.
Gelang yang dipakai oleh anak – anak berguna untuk mendeteksi adanya gejala eczema. Hal ini diintegrasikan dengan aplikasi smartphone yang ditujukan untuk orang tua dari anak, sehingga para orang tua bisa memantau anak mereka terkait munculnya gejala eczema.
Selain menciptakan alat dan aplikasi, tim ITB juga menciptakan salah satu usulan desain produk dari L’Oreal Active Cosmetics, yaitu La Roche-Posay, terutama untuk produk moisturizer dan pereda ruam - ruam. Sebelumnya, produk ini dikemas dalam kemasan yang cukup besar dan lebih diarahkan untuk pengguna wanita dewasa. Namun, agar produk ini menarik bagi anak – anak, tim ITB membuat bentuk kemasan produk menyerupai krayon. Hal ini dilakukan agar mudah dipakai, portable, dan praktis. Selain itu, dengan kemasan menyerupai krayon, anak – anak akan lebih terbuka terhadap pemakaian produk ini karena mereka seolah – olah “menggambar” pada diri mereka sendiri.
Anggota tim lain, Albert menceritakan perjalanan tim mengikuti kompetisi ini. Banyak tantangan yang harus dihadapi, yakni membagi waktu dengan kesibukan masing-masing. Selain itu, kompetisi ini juga memiliki tingkat persaingan yang cukup tinggi. Pada tahap awal (preliminary), sekitar 160 tim mengirimkan idenya. Setelah itu, sembilan tim terbaik akan dibawa ke babak berikutnya di Jakarta untuk melakukan pitching terkait produk dan invoasi yang telah mereka usulkan. Pada tahap ini, peserta diuji oleh enam juri utama dari L’Oreal, serta beberapa juri tamu. Setelah tahapan ini, tim ITB pun berhasil meraih gelar National Winner untuk kompetisi L’Oreal Brandstorm 2018.
“Kami benar – benar tidak menyangka akan menang. Intinya, jangan takut meng-explore sesuatu di luar comfort zone, karena bisa jadi pengalaman di kehidupan,” tutur Albert.
Setelah tahapan ini, tim ITB akan menghadapi tahapan selanjutnya yaitu tahap global competition. Tahapan ini akan diadakan di Paris, di mana tim dari berbagai negara akan saling beradu dalam menjelaskan produk dan inovasi mereka.
“Mohon doanya supaya bisa berjalan dengan lancar. Kami juga berterima kasih kepada dosen – dosen dan Kaprodi Teknik Elektro (Arif Sasongko ST,MT,Ph.D), Teknik Informatika (Dr.tech. Saiful Akbar, ST., MT) dan STI (Achmad Imam Kistijantoro ST,M.Sc.,Ph.D), atas bantuan dan dukungannya, kami jadi bisa menang,” tutur Albert menutup wawancara.
Reporter: Verdyllan Nurendra Agusta (Teknik Industri 2016)