Catatan Diskusi (2) dari Roundtable Discussion ISATF 2005 : "Memperoleh Energi Murah, Efesiensi Energi Terbuang"
Oleh
Editor
Roundtable Discussion sesi pagi, 15 Juli 2005 membahas mengenai "Energy Issue". Diskusi terbatas ini dimoderatori oleh Dr. Ir. Tirto Prakoso. Dengan narasumber Dr. Ir. Utjok W.R. Siagian, Erik Tjia, Abimanyu Suyoso. Dihadiri oleh 21 orang peserta diskusi.
Diskusi dimulai dengan presentasi oleh Dr. Ir. Utjok Siagian mengenai bahan bakar, persoalan dan tantangan. Dalam presentasi ini ditekankan Security of Suply (Availability). Dengan pokok bahasan utama "Mendapatkan Energi Yang Termurah dan Pemanfaatan Energi Yang Terbuang". Pembahasan difokuskan pada hubungan antara ITB dengan Industri, kasus -kasus di negara berkembang yang terkait dengan hubungan yang telah disebut di atas.
Selanjutnya presentasi kedua dari Bapak Erik Tjia, menjelaskan kondisi lapangan yang terjadi. Sebagai contoh, salah satu partai politik di Sumatra membagikan listrik sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kita memiliki ekses banyak untuk memproduksi energi sendiri.
Kemudian narasumber ke-3 Bapak Abimanyu Suyoso, menjelaskan upaya menurunkan pemakaian BBM dan biaya pokok produksi energi listrik. Pembahasan sumber energi primer, biaya, harga prakiraan, dan potensi pasokan dari dalam dan luar negeri. Sebuah konklusi ditawarkan mengenai konversi pembangkit berbahan bakar minyak dengan gas alam domestik (melalui pipa), LNG, atau CNG.
Dalam diskusi, diungkapkan pula mengenai pembangunan saluran distribusi energi, berkaitan dengan konsumsi energi yang tidak pernah mencukupi. Permasalahan efisiensi energi sangat terkait dengan kebijakan energi nasional yang berjangka panjang. Kesadaran hemat energi harus sudah tertanam sendiri dalam masyarakat. Permasalahan kemudian timbul, bagaimana kita yakin kebijakan yang sekarang akan berjalan? Bagaimana mengikat pelaku kebijakan dalam kebijakan yang integratif?
Hadir pula dalam diskusi ini perwakilan staf direktorat listrik, menjelaskan inspeksi konvensi energi sedang dikerjakan direktorat listrik, terutama di gedung-gedung pemerintahan. Permasalahan yang dihadapi lebih kepada Tingkat Kandungan Dalam Negeri, bekerja sama dengan PLN. Dan ditambah lagi pengaruh kebijakan fiskal yang bisa saja salah dalam pengelolaan keekonomian energi.
Adapun usul-usul yang disampaikan mengarah kepada cara yang lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan energi murah. Dari Abimanyu Suyoso mengusulkan untuk meningkatkan jumlah energi cadangan. Usul lainnya dari Hafizar Hanafi tentang penyatuan perusahaan energi listrik dan batu bara, dengan harapan biaya produksi dapat ditekan jauh.
Permainan politik dan bisnis seringkali mempengaruhi kebijakan yang sehat. Kebijakan energi tidak akan terlaksana tanpa adanya Undang-undang yang sehat. Informasi lain yang di peroleh dari diskusi ini, bahwa sampai saat ini Pemda sendiri mengalami kesulitan dengan data-data KP dan DPRD.
Perlu pula dipertimbangkan masalah insentif baik dari pemerintah maupun instansi-instansi terkait. Usul dari Ir. Endah Nurmayati, insentif jangan terlalu dibebankan kepada Pemda. Perlu dipersiapkan segala sesuatu, termasuk peraturan terkait tentang insentif agar tidak memunculkan pertanyaan-pertanyaan berkepanjangan tentang hal ini.
Selanjutnya menyinggung masalah kesadaran masyarakat tentang energi, Dr. Ir. Tirto Prakoso mengungkapkan masyarakat perlu diingatkan akan ketersedian energi dan nilai jual energi. Ini sangat tergantung dari pembelajaran ekonomi terhadap masyarakat oleh Pemda-pemda setempat.
Sebuah informasi menarik lainnya terungkap dalam diskusi singkat ini, ternyata ada pihak yang sedang mengembangkan efisiensi batu bara dengan memanfaatkan tar sebagai pembungkusnya.
Di akhir diskusi, kesimpulan yang dapat dirangkum untuk ditindak lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya pembenahan data-data pemerintah lokal terhadap ketersedian energi.
2. Perlu diusahakan swasembada energi yang berbeda-beda di tiap perusahaan.
3. Perlu adanya keterlibatan pihak perguruan tinggi untuk peningkatan SDM yang berkesadaran energi.
4. Perlunya pembelajaran ekonomi terhadap masyarakat dan pentingnya nilai ekonomi energi.
5. Menurunkan "counter risk", menjalin kerjasama yang baik dengan perusahaan-perusahaan.
(Sumber : Notulensi Roundtable Discussion ISATF 2005
Materi : "Energy Issue")