Aplikasi Artificial Intelligence untuk Smart City: Kapankah Smart City Benar-benar Smart?
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id, Pusat Artificial Intelligence ITB dan Center of Knowledge for Business Competitiveness SBM ITB menyelenggarakan Serial Webinar Smart City di Indonesia pada Kamis, 14 Mei 2020 melalui aplikasi virtual meeting apps. Salah satu pembicara yang mengisi webinar ini adalah Ir. Windy Gambetta MBA., Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB. Ia membahas mengenai pengaplikasian teknologi Artificial Intelligence (AI) pada , khususnya terhadap wacana yang akan diterapkan di Indonesia.
Foto: Freepik.com
Sebagai Ketua Tim Pengembang Standardisasi Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI) bidang Artificial Intelligence/Data Science dan Software Development, Windy memaparkan, adalah kawasan yang mengelola berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Smart city juga berperan untuk menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Windy menjelaskan, terdapat tiga prasyarat kesiapan pembangunan dan framework yang digunakan untuk mentransformasi sebuah kota atau daerah menjadi , yaitu enabler (nature sebagai resource, ekosistem, dan life), driver (struktur, infrastruktur, dan superstruktur), dan mediator (kultur, interaksi, dan inovasi). Peran AI pada pilar tersebut adalah sebagai teknologi penopang infrastruktur .
“Contoh dalam pengaplikasian, misalnya smart governance berupa sistem e-gov, smart branding untuk sistem informasi marketing, smart economy untuk sistem e-commerce, smart living untuk sistem pengaturan transportasi (scheduling), smart society untuk sistem terkait pembelajaran dan security, serta smart environment sebagai sistem pendukung waste management.
Namun, dijelaskan Windy, AI juga memiliki dampak risiko seperti keamanan privasi pengguna dan membuat polarisasi kepada pengguna karena mereka hanya disajikan sesuatu yang mereka inginkan secara terus-menerus. Oleh karena itu, Windy berpesan bahwa setiap hal memiliki resiko yang harus dipelajari supaya kelak kita dapat memanfaatkan potensi dan mengerti akan dampak negatifnya.
“Seperti pisau yang memiliki bermacam-macam jenis dan kegunaan serta memiliki risiko yang akan berdampak kepada penggunanya, misalnya terluka, demikian halnya dengan teknologi yang juga memiliki kegunaan dan risiko tersendiri, tergantung kita sebagai manusia untuk menggunakannya secara tepat,” tutupnya.
Reporter: Grace Natasya Cristhiadi (SBM, 2021)