Usulkan Inovasi Alat Pemantau Level Air Berbasis IoT, Riduan Birgo Purba Sabet Juara 2 Kompetisi Forkopindo
Oleh Raja Parmonang Manurung - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) Riduan Birgo Purba, berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi Paper yang dilaksanakan oleh Forkopindo pada tahun 2024. Kompetisi paper ini diselenggarakan bersamaan dengan temu tahunan dari forum komunikasi Forkopindo untuk seluruh tambang di Indonesia. Adapun pada tahun ini, agenda tersebut mengambil tema “Penambangan Berbasis Good Mining Practice".
Kompetisi ini dimulai dengan tahap pengumpulan abstrak dan paper. Sepuluh paper terbaik dipresentasikan secara daring dan dinilai oleh dewan juri. Ada beberapa subtema yang ada dalam kompetisi ini, seperti eksplorasi, perencanaan tambang, geoteknik tambang, ekonomi mineral, penirisan tambang, operasi penambangan, pengolahan bahan galian, serta K3 dan lingkungan. Presentasi paper dilaksanakan pada Kamis (21/11/2024) dan penganugerahan kepada juara dilaksanakan pada Senin (25/11/2024).
Birgo, begitu sapaan akrabnya, menawarkan solusi inovatif berupa implementasi alat water level otomatis dalam upaya optimasi debit pemompaan di sump. “Inovasi pemantauan level air ini dilakukan secara real time. Kemudian, data yang didapatkann diberikan ke office secara terintegrasi,” ujar Birgo.
Selain itu, Birgo mengungkapkan bahwa alat pemantauan ini memiliki potensi penghematan biaya hingga Rp62.000.000, sedangkan biaya pembuatannya hanya Rp2.000.000.
Cara kerja dari alat pemompaan ini memanfaatkan gelombang ultrasonik. “Cara kerja alat ini memakai sensor ultrasonik untuk deteksi level air dan permukaan level air. Data yang didapatkan ditransmisikan ke Light Emitting Diode (LED). Terdapat tiga LED yang diggunakan yakni bewarna merah, kuning, dan hijau," ucapnya.
Birgo juga menjelaskan bahwa jika LED bewarna hijau menyala, level air masih aman. Di sisi lain, jika LED bewarna kuning menyala, level air mendekati kritis, sementara itu LED bewarna merah menandakan level air sudah di posisi titik kritisnya. Ketika sudah mendekati titik kritis, pemompaan harus segera dilakukan. Perintah ini dikirim melalui transmitter yang diterima oleh receiver. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor oleh arduino.
Pengembangan alat ini didasari oleh pengalaman kerja praktik yang dilakukan oleh Birgo. “Saya kemarin kerja praktik di PT Adaro Indonesia. saya mendapatkan data-data dalam pembuatan paper ini, seperti curah hujan dari tempat kerja praktik saya,” ucap Birgo.
Birgo berpendapat bahwa penelitiannya masih memiliki potensi pengembangan lebih lanjut, khususnya pada penerapan sensor ultrasonik. Dengan sensor ini, diharapkan dapat dilakukan identifikasi endapan di dasar sumpit, sehingga pengukuran tinggi permukaan air menjadi lebih akurat.
Meski begitu, dia mengungkapkan bahwa dalam prosesnya pun cukup memiliki tantangannya tersendiri. “Saya sendiri banyak Konsultasi dengan beberapa dosen, teman-teman, serta mentor di tempat kerja praktik saya terkait implememntasi di lapangan. Saya bersyukur banyak mendapatkan masukan terkait ide maupun kaidah penulisan," tutur Birgo.
Salah satu kesulitan yang dihadapi Birgo adalah terkait penggunaan elektronika dan coding yang digunakan. “Kesusahan itu karena bukan anak menggeluti dunia coding dan Internet of Things (IoT) secara mendalam seperti teman teman dari STEI. Dari situ kurang referensi. Ujungnya, konsultasi ke teman terkait data pengolahan IT,” paparnya.
Dari pengalaman lomba ini, Birgo merasa banyak sekali pengetahuan yang dia dapatkan. “Menantang, ketika presentasi banyak masukan dari juri-juri yang sangat kritis,” tuturnya.
Tak hanya itu, Birgo juga bersyukur bahwa lomba yang dilaksanakan oleh panitia juga telah berjalan dengan baik. Dari pengalaman berlomba ini, Birgo banyak mendapatkan hikmah. “Sebagai mahasiswa, sebaiknya ikutlah kompetisi karena dapat meningkatkan ketajaman kritis dan inovasi,” tutup Birgo.
Reporter:
(Teknik Pertambangan, 2021)
Dokumentasi: Riduan Birgo Purba