ITB Terima Kunjungan Disbudpar Kota Bandung, Diskusikan Pelestarian Bangunan dan Artefak Cagar Budaya di Kampus Ganesha
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menyambut kedatangan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Tim Pendaftaran Cagar Budaya, dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Bandung di Ruang VIP, Rektorat ITB, Selasa (22/10/2024). Dalam kesempatan tersebut, kedua pihak berdiskusi mengenai pelestarian bangunan dan artefak cagar budaya di ITB Kampus Ganesha.
Pihak tamu yang hadir antara lain Analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Disbudpar Kota Bandung Garbi Cipta Perdana, Tim Pendaftaran Cagar Budaya Indra Wijaya, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Bandung, yakni Dr. Etti RS, Dra., M.Hum. (Sekretaris TACB), beserta anggota yaitu Ir. David Bambang Soediono, Dr. Ir. Denny Zulkaidi, M.U.P., dan Antonius Harso Waluyo S.E.
Adapun pihak ITB yang menyambut antara lain Sekretaris Institut ITB Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, Kepala Sub Direktorat Perencanaan, Perizinan, Monitoring, dan Evaluasi, Direktorat Pengembangan ITB Dr. Firmansyah, S.T., M.T., Wakil Direktur Sarana Prasarana, Direktorat Sarana dan Prasarana ITB Dr. Allis Nurdini, S.T., M.T., dan Kepala Biro Administrasi Umum dan Informasi ITB Usep Mulyana, S.Sos., MAP.
Garbi Cipta Perdana mengatakan, tujuan pertemuan tersebut terkait pengelolaan cagar budaya, khususnya yang ada di ITB Kampus Ganesha. “Kami dari Pemerintah Kota Bandung mempunyai inisiatif untuk melakukan penetapan dan pemeringkatan cagar budaya kepada bangunan-bangunan dan objek yang ada di ITB,” ujarnya, Selasa (22/10/2024).
Bangunan tersebut antara lain Aula Barat, Aula Timur, Villa Merah, Gedung Fisika, BPI ITB, Gedung Rektorat. Adapun artefak berupa artefak berupa Arca Panji, Arca Stella, dan Arca Ganesha.
“Setelah penetapan, kami akan menaikkan status bangunan dan objek tersebut menjadi peringkat nasional, tentunya itu berjenjang, harus dari tingkat kota, provinsi, baru ke nasional,” katanya.
Adapun Aula Timur dan Aula Barat menjadi bangunan yang diprioritaskan untuk pemeringkatan nasional. Menurutnya, kedua bangunan tersebut memiliki nilai signifikansi paling tinggi untuk saat ini dari segi arsitekturalnya. Keduanya pun memiliki nilai penting bagi sejarah dan sampai saat ini masih digunakan untuk berbagai kegiatan. Selain itu, pada tahun 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi secara khusus meminta kepada Pemerintah Kota Bandung untuk memulai proses penetapan dan pemeringkatannya.
Sekretaris Institut ITB Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo menyambut baik dan akan mendukung hal tersebut. “ITB siap mendukung karena ITB memiliki banyak aset bersejarah. Mudah-mudahan ITB dapat memainkan peran penting dan dijadikan contoh untuk instansi lain dalam pelestarian cagar budaya,” ujarnya.
Beliau menambahkan, ITB memiliki resource dari para dosen dan peneliti, di antaranya dari Program Studi Arsitektur maupun Perencanaan Wilayah dan Kota yang juga mengkritisi isu-isu pelestarian cagar budaya. Di sisi lain, ITB yang sudah memiliki multikampus di Jatinangor, Cirebon, dan Jakarta, juga memiliki sejumlah aset bersejarah, salah satunya Menara Loji di ITB Kampus Jatinangor. Menara Loji merupakan salah satu saksi bisu sejarah produktifnya Jatinangor sebagai sentra perkebunan karet di Jawa Barat. Sekitar tahun 1800-an di Kecamatan Jatinangor (dulunya kecamatan Cikeruh), Kabupaten Sumedang, terhampar luas perkebunan karet seluas 962 hektare yang membutuhkan banyak orang untuk menggarapnya.
Beliau menekankan, aset-aset bersejarah tersebut ketika sudah menjadi cagar budaya harus tetap dapat digunakan dan disesuaikan untuk berbagai keperluan tanpa mengurangi nilainya.