Kuliah Tamu FSRD ITB: Perpustakaan Anak untuk Bangun Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Mata Kuliah DK3074 Eksplorasi Buku Anak, Literasi, dan Media yang diampuh oleh Dr. Riama Maslan Sihombing, M.Sn. dari program studi Desain Komunikasi Visual, FSRD ITB mengadakan kuliah tamu yang menghadirkan Research and Development Manager dari GagasCeria Innovative Education, Karin Karina, S.E., dengan topik “Serba-serbi Literasi Perpustakaan Anak”, di Gedung LFM, ITB Kampus Ganesha, Kamis (24/10/2024). Kuliah umum ini membahas strategi dan peran penting perpustakaan anak dalam meningkatkan literasi anak melalui pendekatan yang menyenangkan dan inklusif.
Karin menggambarkan peran perpustakaan anak yang lebih dari sekadar tempat menyimpan buku. Menurutnya, perpustakaan sekolah dasar saat ini masih banyak yang memiliki keterbatasan dalam hal jumlah sumber daya manusia dan ruang lingkup koleksi. Hal ini karena kurangnya dukungan yang optimal dari tenaga perpustakaan yang terkadang hanya digantikan oleh guru yang mengemban tugas ganda sebagai pustakawan.
“Kita perlu kolaborasi dengan komunitas sekitar agar perpustakaan bisa berfungsi sebagai jantung sekolah, yang menjadi pusat informasi dan tempat anak-anak merasa nyaman. Kalau jantungnya bagus, sekolah tersebut juga akan bagus ke depannya,” katanya.
Terdapat enam fungsi utama perpustakaan, terutama dalam konteks perpustakaan anak. Perpustakaan bukan sekadar "gudang buku" melainkan tempat yang dapat menjadi pusat pertukaran informasi, ruang rekreasi, serta area untuk mengembangkan rasa cinta anak terhadap buku.
Perpustakaan anak harus menjadi tempat yang menyenangkan dan seru agar anak merasa betah dan tertarik membaca. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat aktivitas menarik, seperti sesi mendongeng atau kegiatan tematik, misalnya “Hari Horor” untuk membedah buku-buku horor yang sesuai dengan usia anak. Aktivitas semacam ini, menurutnya, mampu menarik minat anak-anak sebagai pembaca awal, yang kerap memiliki ketertarikan pada buku bertema horor atau topik yang menarik rasa ingin tahu mereka.
Beliau mengatakan pentingnya mengembangkan koleksi buku yang sesuai dengan jenjang usia anak. Misalnya, melalui buku rekomendasi, anak-anak diajak untuk membaca minimal 20 buku dalam satu tahun. Hal ini akan meningkatkan minat dan kebiasaan membaca sehingga ke depannya anak-anak terbiasa membaca buku yang lebih tebal dan berjenjang. Buku-buku yang dikurasi secara tepat juga dapat dimasukkan dalam penilaian pelajaran sehingga anak-anak merasa membaca bukan hanya sebagai tugas, tetapi juga sebagai kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat.
Ada 9 Standar Nasional Perpustakaan (SNP) yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, yakni:
1. Standar Koleksi Perpustakaan yang mengatur jenis dan jumlah koleksi yang harus dimiliki perpustakaan;
2. Standar Sarana dan Prasarana Perpustakaan untuk menentukan fasilitas fisik yang harus tersedia;
3. Standar Pelayanan Perpustakaan untuk Mengatur jenis layanan yang harus diberikan kepada pemustaka;
4. Standar Tenaga Perpustakaan yang menentukan kualifikasi dan jumlah tenaga perpustakaan yang diperlukan;
5. Standar Penyelenggaraan Perpustakaan yang mengatur tata kelola dan operasional perpustakaan;
6. Standar Pengelolaan Perpustakaan yang menentukan cara pengelolaan koleksi dan layanan perpustakaan;
7. Standar Keamanan dan Keselamatan, mengatur aspek keamanan dan keselamatan di perpustakaan;
8. Standar Teknologi Informasi yaitu untuk menentukan penggunaan teknologi informasi dalam layanan perpustakaan;
9. Standar Kerja sama dan Jaringan yang mengatur kerja sama antar perpustakaan dan jaringan informasi.
Perpustakaan anak perlu memiliki buku-buku yang relevan dengan dunia anak, bukan hanya buku pelajaran. Buku-buku yang mencakup beragam tema dapat mendorong anak untuk menghubungkan apa yang mereka baca dengan kehidupan sehari-hari. Koleksi ini tidak terbatas pada buku, tetapi juga mencakup brosur, poster, dan materi lain yang bisa memperkaya pengalaman literasi.
Di sisi lain, tenaga perpustakaan yang kompeten dan kreatif dalam mengelola perpustakaan anak juga merupakan hal penting. Beliau menyarankan agar perpustakaan anak dikelola oleh minimal empat tenaga pustakawan, yaitu kepala perpustakaan, tenaga perpustakaan, tenaga teknis, dan tenaga IT. Tenaga perpustakaan dituntut untuk selalu mengembangkan keterampilan dan terus berjejaring dalam organisasi profesi pustakawan. Sayangnya, pada kenyataannya, banyak perpustakaan sekolah masih kesulitan memenuhi standar ini dan harus memanfaatkan tenaga guru yang memiliki jam mengajar terbatas.
Selain itu, perpustakaan harus mampu menciptakan aktivitas yang melibatkan partisipasi aktif anak-anak, seperti kegiatan bercerita atau mendongeng yang dapat menumbuhkan minat baca.
Beliau mengingatkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam membangun minat baca anak. Orang tua dapat menjadi model dalam kegiatan membaca di rumah. Dengan cara ini, anak dapat melihat langsung bahwa membaca adalah kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan. Orang tua juga disarankan berdiskusi dengan anak mengenai buku yang mereka baca.
“Ajak anak-anak berdiskusi, tunjukkan bahwa kita juga membaca. Diskusi tentang apa yang kita baca bisa menumbuhkan keterikatan dan membuat anak merasa dihargai,” ujarnya.
Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)