“Future Form”: FSRD ITB Tampilkan Desain Adaptif Berbasis Biomimikri di Singapore Design Week
Oleh Muhammad Hanif Darmawan - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021
Editor Anggun Nindita
Pameran “Future Form” pada Singapore Design Week di Galeri 1, Institute of Contemporary Arts Singapore (12/09/2025) (ITB/Salma Azzahra)
BANDUNG, itb.ac.id - Tujuh karya inovatif dari mahasiswa dan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menembus panggung internasional dalam pameran "Future Form: Adaptive Craft for Speculative Dystopia". Pameran ini merupakan bagian dari perhelatan bergengsi Singapore Design Week 2025 dan berlangsung dari 12 September hingga 28 Oktober 2025 di Galeri 1, Institute of Contemporary Arts Singapore.
Pameran ini merupakan buah kolaborasi lintas negara antara ITB dengan dua institusi seni terkemuka di Singapura, yaitu LASALLE College of the Arts dan University of the Arts Singapore. Keterlibatan para mahasiswa ITB berawal dari mata kuliah Desain Biomimikri yang diampu oleh Dr. Bismo Jelantik Joyodiharjo, S.Sn., M.Ds.
.jpg)
Salah satu desain mahasiswa ITB pada pameran “Future Form” pada Singapore Design Week di Galeri 1, Institute of Contemporary Arts Singapore (12/09/2025) (ITB/Utami Fayyaza)
"Awalnya dari dosen kami, Pak Bismo, yang menawarkan adanya spin-off dari kelas ini. Jika tertarik, kami akan ikut workshop untuk Singapore Design Week dan berkolaborasi dengan universitas di Singapura," jelas salah satu mahasiswa Desain Produk ITB, Utami Fayyaza.
Mengusung tema “Adaptive Craft for Speculative Dystopia”, para mahasiswa ditantang untuk merancang furnitur yang mampu beradaptasi dengan kehidupan dalam skenario dunia pascakiamat atau distopia.
Menariknya, alih-alih mengandalkan teknologi canggih, pameran ini justru menonjolkan kembali kearifan lokal melalui kerajinan vernakular, seperti teknik anyaman dan tenun rotan, sebagai dasar inovasi desain.
Seluruh karya dirancang menggunakan pendekatan Biomimikri, yaitu metode desain yang mengambil inspirasi dari strategi bertahan hidup di alam. "Biomimikri itu bukan hanya meniru bentuknya saja, tapi juga fungsi dan perilakunya. Segala sesuatu di alam itu bentuknya begitu karena ada alasannya, dan itu yang kami pelajari," tambah Utami.

Pameran “Future Form” pada Singapore Design Week di Galeri 1, Institute of Contemporary Arts Singapore (12/09/2025) (ITB/Salma Azzahra)
Para mahasiswa FSRD ITB yang berpartisipasi dan karyanya antara lain:
-Thalassa oleh Utami Fayyaza (Desain Produk)
-Bound oleh Salma Azzahra (Desain Produk)
-Releaf oleh Saskia Kanita Wahyono (Desain Produk)
-Orchidae oleh Adinda Tabina Rahmadani (Desain Produk)
-Fungie oleh Najda Afifah (Desain Produk)
-BRNCL oleh Gusti Ilalang Seta (Seni Rupa)
-Hexatopus oleh Dr. Bismo Jelantik Joyodiharjo, S.Sn., M.Ds. (Dosen ITB)
Bagi para mahasiswa, kesempatan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. "Senang sekali karena dapat kesempatan yang sangat berharga. Jadi kenal juga sama seniman di luar negeri," ungkap mahasiswa Desain Produk ITB lainnya, Salma Azzahra.
Ia juga menambahkan salah satu tantangan dalam proses desainnya. "Kesulitannya adalah bagaimana membuat desain yang cocok di dunia pasca-kiamat, tapi tetap menggunakan material natural seperti rotan dan kayu," jelasnya.
Pameran “Future Form” tidak hanya menjadi ajang bagi para desainer muda ITB untuk menunjukkan kreativitas mereka, tetapi juga berfungsi sebagai ruang refleksi tentang masa depan. Melalui karya-karya yang ditampilkan, mereka mengajak publik merenungkan kembali hubungan antara manusia, alam, dan teknologi dalam menghadapi tantangan masa kini dan yang akan datang.
Keikutsertaan dalam pameran ini juga menyisakan pesan penting dari para mahasiswa untuk rekan-rekan mereka di ITB. Utami berpesan agar tidak ragu mengambil setiap kesempatan yang datang. "Setiap ada kesempatan yang datang, ambil saja dulu. Jadi kayak nothing to lose aja," ujarnya.
Selain itu, Salma Azzahra pun mendorong rekan-rekannya untuk berani melangkah, meski terkadang muncul rasa ragu terhadap kemampuan diri sendiri.
"Beranikan diri saja dulu tidak perlu merasa kurang. Kita harus berani untuk mengambil keputusan," tutup Salma.






