Gelora Kemahasiswaan di Acara Launching Novel “Revolusi dari Secangkir Kopi”

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Hari ini (01/11/14), kisah kemahasiswaan ITB di tahun 90-an dalam novel Revolusi dari Secangkir Kopi di-launching di saksikan oleh ratusan mahasiswa ITB. Novel ini adalah karya seorang alumni ITB angkatan 1993, Didik Fortunadi. Berkecimpung di dunia kemahasiswaan dan kaderisasi menyentil Didik untuk mengabadikannya dalam tulisan untuk menginspirasi mahasiswa zaman kini. Launching ini diselenggarakan bekerja sama dengan Kemenkoan Eksternal Kabinet KM-ITB. Untuk itu, bertempat di Aula Barat, acara launching novel ini diselenggarakan dalam acara talkshow Mata Timy. Menko Eksternal, Fatimah Zahra Sodik (Manajemen Rekayasa Industri 2010), langsung bertindak sebagai moderator acara siang itu.

Latar belakang novel yang memang bertempat di kampus ITB Ganesha menjadi alasan launching novel tersebut diadakan di Aula Barat ITB. Didik Fortunadi adalah lulusan Teknik Geologi ITB, aktivis Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK), dan pernah berkali-kali menjabat dalam kepanitiaan kaderisasi di himpunan maupun kaderisasi terpusat KM-ITB. Romansa pergerakan kemahasiswaan yang ia alami bersama kawan-kawan dikemas menarik dalam novel ini. Momentum kemahasiswaan nasional, Reformasi 1998, tentu tidak luput dari kisah Revolusi dari Secangkir Kopi.

"2006, Andrea Hirata lah yang menginspirasi saya. 'Kalau kau tidak menulis buku, maka kejadian itu akan dilupakan oleh pelaku di zaman itu, apalagi oleh orang-orang zaman kini.' Begitu katanya," cerita Mas Didik kepada para hadirin.

Mas Didik berharap bahwa novelnya ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa ITB. "Semoga novel ini bisa membuat kalian terinspirasi. Kalian punya tantangan tersendiri. Yang jelas, kalian punya tanggung jawab kepada negeri ini. Hal penting bahwa mahasiswa tidak boleh lepas dari negaranya."

Mata Timy kali itu tidak hanya menghadirkan sang penulis Didik Fortunadi, melainkan juga mengundang Fadjroel Rahman, Dr. Rizal Ramli, Anto "Asoeng", dan Pidi Baiq. Mereka adalah alumni ITB yang menjadi aktivis kampus di masanya. Mereka pun mengapresiasi terobosan Mas Didik lewat novel Revolusi dari Secangkir Kopi dan berbagi kisah tentang gerakan yang pernah mereka lalui selama di kampus ITB. Novel ini menggambarkan dengan ramah tentang proses kaderisasi ITB yang diakui sebagai salah satu kaderisasi terbaik di negera ini.

"ITB bukan hanya sekedar institut, ini juga merupakan sekolah politik," ucap Dr. Rizal Ramli, alumni ITB yang pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian di pemerintahan Presiden Gus Dur. Bintang tamu lainnya, Fadjroel Rahman sang aktivis era 80-an, berceletuk untuk memotivasi mahasiswa yang hadir. "Kalau ingin dikenang, bukan pacaran dengan artis cantik, tetapi menulislah."