Gerakan Sosial yang Berujung pada Medali Emas PKM-M di PIMNAS ke-30

Oleh Owen Nixon Jimawan

Editor Owen Nixon Jimawan

BANDUNG, itb.ac.id – Sejumlah mahasiswa ITB kembali mengharumkan nama kampus Ganesha di kancah nasional melalui prestasinya di PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa) – PIMNAS ke-30 yang diselenggarakan pada (23-28/08/17) di Universitas Muslim Indonesia, Makassar. PKM merupakan salah satu program Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) bersama Program Kerja Menteri Riset dan Teknologi Indonesia dalam mewujudkan generasi muda yang berinovasi dan berkarya dalam keberagaman untuk kesejahteraan berkelanjutan. Sebuah tim yang beranggotakan empat orang, yaitu Muhammad Fadhil (Teknik Penerbangan 2013), Haris Askari (Teknik Kimia 2013), Muaz Almunziri (Teknik Geofisika 2013), dan Faiz G. Haznitrama (Teknik Informatika 2015) berhasil memperoleh medali emas dalam kategori Presentasi Terbaik Program Kreativitas Mahasiswa – Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM – M 2) dengan inovasinya yan bernama Macakeun.
Macakeun adalah sebuah gerakan sosial yang bergerak di bidang digitalisasi buku menjadi audio dan terintegrasi dalam sistem website. Gerakan ini bertujuan untuk membantu para tunanetra dalam memenuhi kebutuhannya akan membaca buku. Melalui gerakan ini, harapannya para tunanetra dapat membaca buku dimanapun dan kapanpun.


Kebiasaan yang Membawa Hasil
Berawal dari kegiatan keseharian salah satu anggota tim Macakeun yang hobi mendengarkan audiobook di waktu senggang, seperti saat berkendara atau saat sedang tidak ada kegiatan, ide pembuatan Macakeun ini terpikirkan. Saat ini, audiobok pada buku-buku di Indonesia sangatlah sedikit sehingga untuk membentuk audiobook masyarakat harus merekamnya terlebih dahulu. Ketertarikan dan kebiasaan mendengarkan audibook ini mengantarkan pemikiran untuk membuat audiobook yang diperuntukkan pada penyandang tunanetra. Ide yang menarik ini tentu tidak akan tereasilasi jika tidak ada pergerakkan sehingga dimulailah pencarian teman-teman yang memiliki niat yang sama dalam mengembangkan ide ini. Pada akhirnya terbentuklah sebuah tim beranggotakan empat orang tersebut, dengan Fadhil, Haris, dan Muaz yang dipertemukan di asrama yang sama sehingga membuat komunikasi antaranggota menjadi lebih terjaga.

Kisah Sebelum PIMNAS
Pada awalnya niat dari ide ini adalah keinginan untuk menebar kebaikan dan membantu orang lain. Seluruh anggota tim merasa bahwa ide ini bagus dan harus direalisasikan sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain. Ternyata niat dan usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Banyak pihak yang mendukung gerakan ini, penulis dan penerbit, termasuk PSBN (Panti Sosial Bina Netra) Wyata Guna sebagai mitra yang juga kooperatif mulai dari survei minat dan kebutuhan tunanetra disana, kemampuan tunanetra menggunakan komputer, sosialisasi, dan hal-hal lainnya. Tingginya dukungan dari teman-teman tunanetra yang antusias dengan ide ini sangat mendukung semangat tim dibalik kesibukan anggotanya dalam menghadapi tugas akhir. Dukungan teman-teman dalam memberikan inputan untuk tampilan website yang mudah diakses, buku yang tersedia, pihak pengelola panti yang membantu, serta dukungan dari kampus sangat berperan penting dalam proses mewujudkan ide ini.


Perjuangan di PIMNAS
Perjuangan dalam meneruskan ide ini kemudian berlanjut sampai PIMNAS tahun ini di Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Sejak hari pertama dimulainya PIMNAS, tim Macakeun sangat mempersiapkan diri untuk memastikan tim ini siap tampil pada hari eksekusi PKM. Macakeun masuk ke dalam bidang PKM—M (Pekan Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat) dan harus berkompetisi dengan tim lainnya, dimana saat itu ada 60 tim PKM-M yang lolos ke PIMNAS. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi, tim Macakeun berhasil melewati tahap-tahap penilaian dengan maksimal, mulai dari poster hingga presentasi akhir. Berkat usaha dan dukungan dari semua pihak, khususnya ITB, tim Macakeun dapat mewujudkan keinginannya untuk turut berkontribusi membawa nama kampus Ganesha di tingkat nasional. Usaha yang selama ini dilakukan terbayar sudah dengan diperolehnya medali emas. Namun, amanah medali ini menyadarkan tim Macakeun bahwa gerakan ini harus terus dilanjutkan. PKM yang telah memasuki tahun ke-30 ini pada nyatanya belum banyak terdengar gerakan yang berkelanjutan setelah PIMNAS berakhir. Jika saja semua gerakan dan ide tersebut terus berjalan maka selama 30 tahun ini mungkin akan ada banyak terobosan baru dari karya anak-anak bangsa. “Ayo turut berkontribusi! Mahasiswa sebenarnya punya banyak ide tetapi masih banyak yang belum mau berkorban untuk merealisasikannya. Sebuah tindakan akan mengalahkan seribu ucapan, sebab dalam diri kita terdapat banyak hak-hak orang lain yang harus kita perjuangkan,” ujar tim Macakeun.