Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati ITB Gelar Pelatihan Pengembangan Pengawetan Pakan Ternak Berbasis Silase

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

SUMEDANG, itb.ac.id — Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar pelatihan pengembangan pengawetan pakan ternak untuk memaksimalkan produktivitas pakan ternak dan mendorong kesejahteraan peternak di Desa Cimarga, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang.

Kegiatan ini sebagai tindak lanjut diskusi bersama warga yang diadakan untuk menggali permasalahan sekaligus menyusun solusi untuk mengatasinya.

“Mulanya kami menggagas program sosialisasi biosaka sebagai pengganti pupuk kimia. Namun, ternyata masyarakat lebih banyak mengeluhkan tentang pakan ternak yang harus diambil di hutan setiap harinya. Hal ini yang memantik kami untuk mengubah rencana menjadi pembuatan pakan ternak dengan metode silase,” ujar Amanda Gustri Qawiyyu (Rekayasa Hayati, 2020).

Teknik pengawetan silase dilakukan dengan cara memeram bahan pakan dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Langkah pengawetan pakan ternak diawali dengan pencacahan rumput menggunakan chopper. Rumput selanjutnya dikeringkan selama 3 hari untuk mengurangi kadar air. Dari 20 kg rumput kering, dicampurkan dengan 0,9 kg molase, 1 botol EM4, dan 5 liter air untuk membentuk silase. Silase lalu dipadatkan ke dalam sil untuk mengurangi udara sehingga menciptakan kondisi anaerobic untuk mencegah masuknya udara. Proses fermentasi dilakukan memakan waktu beberapa minggu. Silases dapat disimpan beberapa bulan hingga tahunan, selama kondisi anaerobik dipertahankan.

Ketua pengabdian masyarakat itu menjelaskan, metode silase mudah diaplikasikan dan bahan utamanya mudah didapatkan, yakni rumput, bakteri EM4, dan molase. Selain itu, pengawatan ini dapat meningkatkan kualitas nutrisi pakan ternak serta memiliki rasa dan aroma yang lebih unggul dibandingkan dengan pakan kering sehingga mampu meningkatkan konsumsi pakan.

   

Sosialisasi dan pelatihan ini dihadiri oleh 15 peternak dan aparat desa pada Sabtu (17/8/2024). Solusi yang ditawarkan mampu menjawab keresahan masyarakat.

“Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Inilah yang kami cari sejak dulu. Biasanya kami menyabit rumput saban hari hingga sakit punggung dan pinggang. Semoga dengan hadirnya teknologi pengawetan pakan ternak ini bisa membuat masyarakat Desa Cimarga lebih sejahtera. Kami berterima kasih atas ilmu yang dibagikan dan produk yang dikenalkan,” ujar salah seorang warga.

Mahasiswa Rekayasa Hayati juga menyediakan 50 brosur metode pengawetan agar dapat disebarluaskan pada peternak yang tidak dapat hadir. “Semoga metode ini bisa diaplikasikan secara berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan peternak. Mereka tidak perlu menyabit rumput dengan susah payah tiap harinya dan produktivitas ternak bisa melesat,” ujar Manda.

Program pengabdian masyarakat yang telah dilakukan merupakan bagian dari kerja sama HMRH dengan Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) ITB. Inovasi pengawetan pakan ternak mahasiswa Rekayasa Hayati berjalan selaras dengan mesin perontok padi garapan mahasiswa Teknik Mesin untuk meningkatkan ketahanan pangan di Desa Cimarga.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)