IIGW 2017: Geliat Geothermal Indonesia di Kancah Internasional

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

The Rise of Geothermal Development in Indonesia: Resource Transformation Strategy Towards 7000 MWe Capacity

BANDUNG, itb.ac.id - Tahun 2017 menandakan kembali diselenggarakannya ITB International Geothermal Workshop (IIGW), yang memasuki gelaran ke enam sejak diadakan pertama kali tahun 2012. Acara berskala internasional yang diselenggarakan oleh Geothermal Master Program ITB pada Senin-Jumat (20-24/03/17) ini mengangkat tajuk “”.

Benih Awal dan Sepak Terjang


Sedikit menarik ke belakang sejarah singkat penyelenggaraannya, IIGW lahir di tengah keadaan geothermal nasional yang notabene sedang lesu kala itu. Momen World Geothermal Congress (WGC) di Bali pada tahun 2010 dan pertemuan tahunan Asosiasi Panasbumi Indonesia di Lampung pada tahun 2011 menjadi nyala awal untuk membangkitkan kembali sepak terjang geothermal di Indonesia, terutama dari sisi akademik seperti inovasi dan pengembangan keilmuan geothermal itu sendiri. Cita-cita ini akhirnya terwujud pada tahun 2012 saat IIGW pertama kalinya diselenggarakan di Bandung.

Mengadopsi sistem kongres dan workshop geothermal kenamaan lainnya di dunia seperti Geothermal Resources Council (GRC), Stanford Geothermal Workshop, dan New Zealand Geothermal Workshop, tidaklah berlebihan jika IIGW yang meskipun masih seumur jagung juga tak kalah dibandingkan dengan gelaran-gelaran internasional tersebut. Pasalnya, dalam kurun waktu enam tahun dengan enam kali penyelenggaraan berturut-turut, Geothermal Master Program ITB membuktikan konsistensinya dalam menjaga serta terus meningkatkan mutu dari acara ini. Hal ini terbukti dari animo domestik dan internasional terhadap acara ini yang semakin tahun semakin meningkat. Di gelaran tahun ini saja, IIGW dhadiri oleh sekitar 400 peserta yang berasal berbagai elemen akademisi dan praktisi baik dari dalam maupun luar negeri.


Uniknya, meski dalam namanya menekankan pada workshop, dalam penyelenggaraannya IIGW merupakan ‘paket lengkap’ karena gelaran ini terdiri dari mata acara yang padu dan terintegrasi. Dalam waktu lebih kurang lima hari, berbagai rangkaian dapat diikuti oleh peserta yakni antara pre-workshop, workshop, field camp, serta field trip. Untuk penyelenggaraan workshop di Gedung CRCS ITB pada hari Rabu dan Kamis (22-23/03/17), makalah yang dipresentasikan tak hanya karya mahasiswa, tetapi juga mengundang narasumber dari universitas-universitas luar seperti University of Auckland dan University of Twente maupun dari profesional industri geotermal domestik dan mancanegara.

Pembahasan dalam workshop IIGW dibagi menjadi ranah eksplorasi untuk geologi dan geofisika serta eksploitasi dan produksi. Penitikberatan terutama pada inovasi dan teknologi geothermal yang belum banyak diterapkan di Indonesia, sebagai contoh pengeboran dengan slim hole, teknologi produksi dengan triple flash, dan model finansial yang ekonomis untuk produksi geotermal. Selain itu, paralel dengan penyelenggaraan workshop juga terdapat booth ekshibisi perusahaan, lembaga pemerintah, serta pengembang teknologi yang semuanya bergelut di bidang energi dan geotermal. Field trip dan field camp merupakan rangkaian penutup dari IIGW 2017. Field trip ditujukan terutama untuk para insinyur karena akan diadakan kunjungan ke power plant geotermal, sedangkan field camp lebih diarahkan untuk ilmuwan karena mata acara ini layaknya suatu kelas lapangan dan peserta akan dibawa untuk melakukan sampling dan kegiatan-kegiatan lainnya di lapangan.

Asa, Cita, dan Harapan

IIGW tak semata merupakan acara besar tahunan, namun dibalik penyelenggaraannya terdapat proses pembelajaran bukan hanya bagi peserta, melainkan juga bagi penyelenggara yang dalam konteks ini adalah mahasiswa Geothermal Master Program ITB. Hal ini diamini oleh Dr. Eng Suryantini selaku Ketua IIGW 2017. “Sebagai wahana untuk belajar menjadi profesional sekaligus kesempatan bagi mahasiswa geothermal ITB untuk menggali ilmu lebih banyak lagi,” ujarnya.

Terkait proyeksi dari kegiatan IIGW ini ke depannya, Suryantini menyatakan bahwa konsistensi dan semangat meningkatkan kualitas diri adalah hal yang penting agar nama baik dari gelaran IIGW di mata nasional dan dunia ini tetap terus terjaga. Beliau juga menambahkan bahwa dukungan pun senantiasa dibutuhkan karena segala sesuatu yang besar tak pernah lepas dari kerjasama dan bantuan pihak-pihak terkait.

oleh: Fatimah Larassaty (Teknik Perminyakan 2014)
Sumber foto: Dokumentasi penulis dan akun resmi Facebook IIGW 2017


scan for download