ISSEL 2016 Sajikan Temuan Ilmiah dari Gerhana Matahari Total 2016

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

BANDUNG, itb.ac.id - Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 pada Rabu (09/03/16) lalu bukanlah sebuah rahasia bagi baik masyarakat Indonesia maupun dunia internasional. Sejumlah ilmuwan dan pegiat fotografi benda langit (astrofotografi) memanfaatkan momentum langka ini untuk menghasilkan karya-karya yang langka pula. Untuk itu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB bekerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menyelenggarakan International Symposium on Sun, Earth, and Life (ISSEL). Rangkaian acara yang dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (03-04/06/16) ini mengambil tempat di Aula Timur ITB dan Observatorium Bosscha. Pada kesempatan tersebut, ilmuwan-ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia memaparkan hasil penelitiannya terkait GMT 2016.

Satu Fenomena, Berbagai Disiplin

Hasil penelitian multidisiplin tentang gerhana matahari dan dampaknya bagi kehidupan dibahas dalam sesi khusus di hari pertama. Selain itu, di hari Jumat juga terdapat pemaparan hasil penelitian di bidang cuaca antariksa, sains atmosfer, astrofisika, astrobiologi, astrokimia, eksoplanet, serta kehidupan di luar Bumi. Pembicara utama dalam simposium hari pertama adalah Prof. Bambang Hidayat (Guru Besar Emeritus Astronomi ITB), Prof. J. M. Pasachoff (Williams College, Massachusetts), dan Prof. Nat Gopalswamy (NASA Goddard Space Flight Center).

Pada hari kedua, Prof. J. N. Goswami dari Physical Research Laboratory (India) membawakan hasil penelitiannya tentang kandungan air di Bulan. Fakta ini semakin meyakinkan dugaan bahwa satelit Bumi tersebut dapat dihuni oleh manusia di masa depan. Di sesi berikutnya pada hari kedua, Thomas Djamaluddin dari LAPAN mempresentasikan kemajuan perwujudan realita Observatorium Nasional Timau. Observatorium ini adalah observatorium nasional pertama Indonesia dalam sejarah. Fasilitas ini akan dibangun dalam tiga tahun ke depan (2017-2019) dengan fungsi untuk melakukan observasi astronomis pada panjang gelombang tampak dan radio. Untuk meningkatkan turisme astronomi di Indonesia dan melindungi area sekitar observatorium dari polusi cahaya, diusulkanlah area observatorium tersebut sebagai sebuah Taman Langit Gelap Nasional. Pembicara utama terakhir di hari kedua adalah Prof. Taufik Hidayat dari Astronomi ITB dengan pemaparan mengenai penemuan molekul kimia kompleks di Titan, satelit dari Saturnus.

Astrofotografi Langka nan Unik

Bersamaan dengan simposium tersebut, sisi timur Aula Timur ITB digunakan sebagai galeri foto GMT dan Astronomi yang unik. Pameran bertajuk "Chasing The Shadows" tersebut terbuka untuk umum. Mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum dapat mengunjungi pameran foto dan poster penelitian yang terpajang di ruang tersebut. Hafidavi (Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan 2015) yang melewati ruang pameran mengaku terpincut akan foto-foto astrofotografi yang dipamerkan. "Saya penasaran akan metode yang dipakai untuk menghasilkan citra sequence yang unik seperti itu," ujarnya sambil melirik ke foto berjudul "TSE Sequence"  yang dari jauh terlihat seperti abjad S. Selain Hafidavi, peserta simposium juga memadati pameran foto dan poster yang disajikan oleh ISSEL 2016.

 

sumber dokumentasi: Prof. Hendra Gunawan dan dokumentasi pribadi