ITB Jadi Tuan Rumah PIT Riset Kebencanaan ke-3

Oleh Vinskatania Agung A

Editor Vinskatania Agung A

BANDUNG,itb.ac.id - Indonesia merupakan negara dengan potensi ancaman bencana yang tinggi. Hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti letak geografis, kondisi iklim, hingga kondisi demografisnya. Penelitian dan penanggulangan bencana banyak diupayakan lewat ilmu pengetahuan. Hal ini mendorong perlunya implementasi upaya penelitian dan riset di bidang kebencanaan secara efektif dan menyeluruh dalam kebijakan dan aksi penanggulangan bencana di Indonesia.

Berangkat dari hal tersebut, Ikatan Ahli Kebencanaa Indonesia (IABI), bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ristek DIKTI, dan ITB menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Riset Kebencanaan ke-3 di ITB. Selama dua hari (23-24/05/16), acara ini menggelar seminar dan diskusi panel bertajuk "Paradigma baru, peran dan posisi PRB dalam konteks SDGs" yang diadakan di Aula Barat ITB. Selain itu, acara ini juga turut menggelar berbagai pameran yang melibatkan lembaga-lembaga sektor kebencanaan di Lapangan Cinta ITB dan kunjungan lapangan mengenai Sesar Lembang dan Sungai Cikapundung. Pertemuan ini menghadirkan Laksda (purn) Willem Rampangilei (Kepala BNPB), Ridwan Kamil, S.T, M.U.D (Walikota Bandung), Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (Rektor ITB), Prof.H.Muhammada Nasir, Ph.D. (Menristek DIKTI), Ir. Basuki Hadimuljono, MSc. Ph.D. (Menteri PU dan Pera), Prof. Dr. Syamsul Maarif (Pengarah IABI) dan Slamet Rahardjo (Budayawan).

PIT ke-3 ini memfokuskan pada pembahasan terkait aglomerasi atau pemusatan industri dalam satu kawasan, pengurangan risiko bencana (PRB) berkelanjutan, peringatan risiko bencana, dan komunikasinya ke masyarakat. Indikator dalam konteks pembahasan tersebut mengacu pada Absolute Risk (AR) dan Emerging Risk (ER) yang akan dirumuskan bersama pada akhir PIT. AR dan ER merupakan elemen yang melekat pada definisi risiko sehingga elemen tersebut sangat berpengaruh pada pendekatan dan strategi PRB di Indonesia.  

Kepala BNPB, Laksda (purn) Willem Rampangilei menyatakan bahwa pihaknya sangat mendorong peneliti, praktisi, maupun masyarakat peduli bencana dalam melakukan riset. "Riset dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia dan ini dapat juga dibagikan kepada komunitas internasional," kata Willem. Dalam sambutannya, Ridwan Kamil membenarkan bahwa penanggulangan bencana selain dari segi teknologi bencana, juga harus dapat melahirkan teori mitigasi bencana, nilai preventif dan nilai sosial.

ITB dan Peran dalam PRB
ITB dalam institusi pendidikan sendiri telah menjembatani penelitian dan pengembangan dalam pengurangan risiko bencana. Contohnya, inovasi industri dan infrastruktur agar dapat mewujudkan dampak yang baik dalam penanggulangan bencana. "Seperti kita ketahui persoalan bencana bukan hanya urusan pemerintah, tetapi perlunya kerjasama dengan semua pihak terkait penanggulan bencana," ujar Rektor ITB.  

Dalam perkembangannya ITB telah banyak meneliti, memetakan wilayah bahaya bencana maupun kajian-kajian sains dalam penanggulangan bencana. Seperti kejadian banjir di wilayah Bandung selatan akibat  banyaknya  pembangunan rumah di aliran sungai.

"Penelitian-penelitian ITB telah menghasilkan alat penyaringan air, alat pengisap debu, alat pendeteksi getaran tanah dan lainnya.Tantangan ke depan bagaimana alat inovasi penanggulangan bencana dapat mudah diakses masyarakat, dan harganya murah. Saya berharap pada pertemuan ini dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak penanggulangan bencana dan dapat memberikan kajian, solusi dalam pengurangan risiko bencana," tambah Kadarsah.

Salah satu peserta PIT, Ika Sari Oktavianti (Alumni Teknik Geofisika ITB 2011) membawakan presentasi mengenai analisis data seismik dan catatan aktivitas visual pada Gunung Sinabung. Menurutnya, PIT Kebencanaan merupakan acara yang penting untuk rutin diadakan karena dapat menjadi sarana berbagi mengenai riset kebencanaan dari berbagai lembaga, institusi, maupun kementrian. Ia berharap agar hasil dari PIT ini tidak hanya berhenti di laporan tapi juga dapat direalisasikan.

"PIT berikutnya harus lebih banyak lagi melibatkan generasi muda agar tongkat estafet penanganan bencana di Indonesia dapat berkelanjutan," tukasnya.

Foto: BNPB