ITB Kelola Sampah Mandiri, Konsistensi untuk Kampus Berkelanjutan
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) terus berkomitmen untuk mengelola sampah secara mandiri dengan berbagai inovasi dan teknologi. Hal ini sebagai upaya konsisten menjadi kampus berkelanjutan.
Pada tahun 2024 ini, pengelolaan sampah terus dijalankan dari hulu ke hilir. Berbagai upaya tersebut tidak terlepas dari kolaborasi dosen, tendik, dan mahasiswa ITB dengan Tim Penanganan Sampah ITB. Secara paralel, tim terus mengimplementasikan master plan persampahan berkelanjutan di multikampus ITB, penerapan SOP pengelolaan sampah berkelanjutan baik saat ada event maupun tidak, hingga program peningkatan partisipasi sivitas akademika untuk mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan.
Dalam Rapat Koordinasi Tata Kelola Sampah dan Evaluasi Kebersihan di Lingkungan ITB, Jumat (12/7/2024), di Gedung Freeport Labtek XIX SBM ITB, Direktur Sarana dan Prasarana ITB, Prof. Dr. Herto Dwi Ariesyady, S.T., M.T., menjelaskan proses penanganan sampah di ITB, mulai dari pewadahan di setiap gedung di ITB, pengumpulan sampah di TPSS, pengangkutan, hingga pengolahan di Instalasi Pengolahan sampah Terpadu (IPST) Sabuga.
Beliau mengatakan, terdapat beberapa metode pengolahan sampah di IPST. Luarannya, sampah organik diproses dengan black soldier fly (BSF) untuk pakan ternak dan dijadikan kompos; sampah yang memiliki daya jual ditindaklanjut di bank sampah; dan nantinya sampah residu akan dijadikan sumber energi untuk menjalankan kendaraan listrik untuk operasional pengangkutan sampah kampus.
Pengolahan sampah dari hulu
ITB mendorong sivitas akademika untuk mengolah sampah dari sumber. Beberapa di antaranya dengan cara mengajak warga kampus membawa kampus, menyediakan water refill station, hingga pengurangan sampah sisa dan bungkus makanan dengan pembiasaan penyediaan konsumsi berupa prasmanan.
Selain itu, secara bertahap di tahun ini, pemilahan sampah melalui pewadahan dibagi menjadi Sampah Sisa Makanan (hijau), Sampah Guna Ulang (kuning), Sampah Daur Ulang (biru), dan Sampah Residu (abu-abu). “Sampah guna ulang diwadahi khusus karena dapat langsung digunakan ulang tanpa perlu didaur ulang. Khusus untuk sampah sisa makanan dari dapur dan tenant (terutama kantin) tetap menggunakan ember/pail hijau,” ujar Prof. Herto.
Di tahap pengumpulan, sampah taman pun dikelompokkan di tempat khusus agar dapat langsung diolah di IPST. Hal ini mengefektifkan pemilahan yang berkaitan dengan tahap pengangkutan sampah yang memiliki jadwal tersediri untuk setiap jenis sampah.
Pengolahan sampah di IPST sebagai tempat edukasi
IPST Sabuga sejak tahun lalu telah dibenahi. Terdapat berbagai fasilitas untuk pengolahan sampah, seperti conveyor, pengayak kompos, dan mesin press. Setiap fasilitas tersebut menjadikan sampah memiliki nilai guna.
Ketua Tim Penanganan Sampah ITB, Dr.Eng. Pandji Prawisudha, S.T., M.T., mengatakan, ke depannya, IPST Sabuga dapat menjadi media pembelajaran, mulai dari siswa SD hingga umum, terkait pengolahan sampah. “Harapannya, masyarakat dapat melihat langsung bahwa sampah dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan kembali (menjadi pakan ternak, kompos, hingga energi untuk kendaraan listrik),” katanya.
Saat ini, pengomposan sampah daun yang dikelola di IPST dijadikan kompos dengan kemasan plastik 3,5 kg dan karung 20 kg. Kompos ini salah satunya sudah digunakan oleh para petani di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, sampah yang berdaya jual seperti botol plastik, kertas, dus/karton, dan logam di jual ke bank sampah induk; sekitar 30 kg sampah makanan dari kantin setiap hari diproses menggunakan BSF.
Di luar itu, ITB berkolaborasi dengan mitra dalam penyediaan water refill station untuk isi ulang air. Ada juga Reverse Vending Machine (RVM) atau mesin penukaran botol plastik. Dengan mesin ini, sivitas akademika dapat menukarkan sampah botol plastik menjadi poin yang dapat dikonversi menjadi pundi-pundi rupiah. Water refill station dan RVM tersebut sudah tersedia di Kampus Ganesha dan Kampus Jatinangor. Untuk sampah baterai/limbah B3, ITB menyediakan tempat pembuangan khusus dan diangkut setiap tiga bulan sekali oleh PPLI.
Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., terus mendorong sivitas akademika untuk terus konsisten menjalankan pengurangan dan pengolahan sampah. Beliau menyampaikan bahwa program tersebut merupakan upaya konsisten yang harus terus dijalankan sehingga menjadi budaya ITB. “ITB harus memiliki budaya dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Ini merupakan upaya bersama yang harus terus dijalankan,” katanya.