ITB Kembangkan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kabupaten Blora
Oleh Hafshah Najma Ashrawi
Editor Hafshah Najma Ashrawi
Pada kesempatan kali ini, tim ITB memfokuskan kegiatan mereka pada kecamatan Randublatung dan Todanan yang merupakan kecamatan di kabupaten Blora yang memiliki potensi alam yang cukup besar, baik dari sektor pertanian , peternakan, dan perhutanan. Mayoritas mata pencaharian penduduk Kabupaten Blora adalah petani, terutama pertanian tanaman pangan. Sektor pertanian dapat dikatakan sangat berperan dalam perekonomian Kabupaten Blora. Berdasarkan data tahun 2009, sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar bagi PDRB yaitu sebesar 50,4 %, hal ini menjadikan Blora sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah
Budidaya Jamur Tiram Usahakan Peningkatan Ekonomi Penduduk
Salah satu kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan adalah pengembangan rantai pasok budidaya jamur tiram dan pemanfaatan zat buangan biogas menjadi pupuk organik cair. Pengembangan rantai pasok budidaya jamur tiram merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan program pengembangan kesejahteraan masyarakat melalui pengenalan teknologi berupa Pelatihan Pembudidayaan Jamur Tiram - Pleurotus astreatus, yang telah dilaksanakan pada tahun kedua.
Pada Kecamatan Todanan, mata pencaharian sebagai petani telah membuat masyarakat sangat dekat dengan kegiatan pereknomian yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Hasil panen dari kegiatan pertanian biasanya tidak dijual tetapi menjadi kebutuhan makan sehari-hari. Jenis tanaman palawija biasanya dijual untuk menjadi sumber pemasukan para petani. Selain pertanian, kegiatan perekonomian lainnya yang terdapat di Kecamatan Todanan adalah industri jamur skala rumah tangga dan industri pembuatan sapu ijuk. Usaha ini berpotensi untuk dikembangkan karena topografi Kecamatan Todanan yang berada di daerah pegunungan dengan cuaca yang relatif dingin.
Kegiatan pembibitan jamur tiram dilakukan di Desa Dalangan, Kecamatan Todanan secara kelompok. Kelompok ini dipimpin oleh Supat, seorang pemuda yang telah mendapatkan pelatihan di ITB selama 14 hari. Peralatan laboratorium sederhana seperti autoclaf, penyaring udara dan alat pemanas diberikan oleh ITB. Selain itu, kegiatan pembibitan jamur tiram juga meliputi pembuatan log untuk persemaian bibit sekaligus sebagai media untuk produksi jamur. Log berisi bibit jamur kemudian dijual kepada kelompok yang memproduksi jamur tiram. Jumlah kelompok yang mengusahakan jamur saat ini telah berjumlah 7 kelompok.
Produksi jamur tiram
Log yang telah berisi bibit jamur tiram dipelihara oleh kelompok yang memproduksi jamur. Jumlah kelompok sebanyak 7 kelompok yang masing-masing memelihara sekitar 500 sampai 1200 log. Tiap log dapat memproduksi jamur yang dapat dipanen 2 hari sekali selama 6 bulan. Untuk memanfaatkan jamur yang telah diproduksi, setelahnya dilakukan Pelatihan Olahan Jamur pada bertempat di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) "Upat-Upat Bumi" di Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah. Peserta pelatihan terdiri dari anggota karang taruna dan ibu-ibu di sekitar PKBM. Jumlah peserta berkisar 20 orang. Kegiatan dimulai dengan penyerahan alat packaging yaitu "sealer" dan modul pelatihan.
Selanjutnya diadakan pelatihan olahan makanan dari jamur tiram. Pemateri yang memberikan pelatihan adalah Ahmad, seorang pengusahan muda di bidang makanan olahan jamur tiram. Materi yang diberikan meliputi pembuatan nuget jamur tiram, siomay, baso tahu, batagor, dan jamur krispy.Pelatihan tersebut cukup menarik antusiasme penduduk, apalagi makanan seperti batagor dan baso tahu merupakan makanan yang sangat baru menurut mereka. "Kegiatan yang sangat positif, bisa memberikan pengalaman dan menambah kreatifitas bagi masyarakat di Todanan," ujar Pak Saiman. "Kegiatan ini bisa membuat masyarakat menjadi lebih aktif dalam berkarya, sangat baik, dan terutama bisa menambah pengetahuan untuk membuat karya yang bisa dijual," tukas Ibu Satimin. Keduanya merupakan penduduk Desa Dalangan, kecamatan Todanan.
Pada akhirnya, sudah seyogyanya kampus ITB sebagai wadah pengembangan potensi kapasitas intelektual juga mempunyai fungsi lain. "Selain kapasitas intelektual, sivitas akademika ITB pun perlu mengembangkan karakter sosial yang ia miliki. Tanpa karakter moral yang memadai, kapasitas intelektual akan menjadi ibarat senjata di tangan orang buta," ujar Akhmaloka.