Kerjasama dengan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, ITB Menjadi Tuan Rumah Entrepreneurs Wanted
Oleh Gilang Audi Pahlevi
Editor Gilang Audi Pahlevi
BANDUNG, itb.ac.id- bukan sekadar orang yang membuat usaha untuk mencari keuntungan, lebih jauh dari itu entrepreneur memanfaatkan keterbatasan untuk menciptakan peluang dan solusi. Untuk mewujudkan visi menuju entrepreneurial university, pada Senin (18/12/2017), Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia menjadi tuan rumah talkshow yang disebut Entrepreneurs Wanted atau disingkat EW!. Presiden RI, Joko Widodo, hadir sebagai pembicara utama pada acara tersebut. Pembicara lain pada kegiatan EW! ini adalah William Tanuwidjaja (Tokopedia) dan Andi Taufan Garuda Putra (Amartha Fintech), dengan tajuk “Wirausahawan Terbaik Berbagi untuk Penerus Republik”.
Turut hadir dalam acara ini adalah Walikota Bandung, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan serta beberapa menteri Kabinet Kerja yaitu Menteri Ristekdikti, Menteri Kominfo, Sekretaris Kabinet, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif. EW! yang dihelat di Sasana Budaya Ganesha ITB ini merupakan yang ke-8 sekaligus yang terakhir di tahun 2017, setelah sebelumnya telah diselenggarakan di beberapa kota besar seperti Jogja, Solo, Surabaya, Denpasar.
Acara dibuka dengan sambutan dari Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi. "Inovator sebenarnya adalah orang biasa, namun menghasilkan kerja luar biasa", ujar Kadarsah. Sambutan selanjutnya diberikan oleh Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Teten Masduki. Beliau menyampaikan bahwa acara ini diadakan di ITB karena ITB adalah gudangnya entrepreneur, sebut saja Achmad Zaky melalui Bukalapak, Andi Taufan melalui Amartha, Reynazran Royono melalui Snapcart dan masih banyak lagi. Menurut beliau, Entrepreneur Wanted! diadakan untuk menyebarkan semangat kewirausahaan dan menciptakan entrepreneur yang tangguh.
Berani Bermimpi dan Memanfaatkan Peluang
CEO dan Co-Founder Amartha, Andi Taufan Garuda Putra pada awalnya tidak berniat untuk menjadi wirausaha. Namun, ketika ia pergi ke Dumai, Riau untuk menjalankan tugas kerja dari kantor, ia mendapati realita kesenjangan antara pemilik kebun kelapa sawit dengan para pengusaha kecil daerah tersebut. Pengusaha kecil banyak yang mengalami masalah modal sehingga sulit untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, Andi merintis sebuah platform pemodalan usaha kecil menengah. Platform ini kemudian berkembang menjadi Amartha, sebuah jejaring yang mempertemukan investor dan pengusaha. Saat ini Amartha telah mengelola dana sebesar 200 milyar Rupiah dan menghubungkan 3000 pengusaha kecil menengah.
CEO dan Co-Founder Tokopedia, William Tanuwijaya mengatakan bahwa ia sangat kesulitan dalam mencari pemodal. Selama dua tahun William berusaha mencari orang yang bersedia bekerjasama membangun Tokopedia. Alasannya adalah belum ada pengusaha Indonesia saat itu yang sukses membangun kerajaan bisnis di bidang teknologi informasi. Selain itu, tidak ada yang yakin bahwa perusahaan Indonesia dapat bersaing dengan marketplace raksasa global seperti Amazon dan eBay. Namun Wiiliam tetap berpegang pada apa yang ia sebut semangat “bambu runcing”. Semangat ini dapat dijabarkan menjadi keberanian untuk mempercayai diri sendiri, bekerja degan gigih dan tidak pernah kehilangan harapan. Dengan semangat “bambu runcing” ini, Tokopedia rintisan William telah menghubungkan 2,6 juta pengusaha dengan 40 juta calon pembeli.
Pesan dari Presiden
Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, sebelumnya juga seorang pengusaha, yakni pengusaha di bidang furniture yang produknya telah diekspor ke beberapa negara. Menurut beliau, tingkat kemajuan suatu negara dapat dilihat dari prosentase pengusaha terhadap jumlah penduduk. Saat ini Indonesia baru memiliki 3,3% pengusaha, sementara Singapura 7%, Malaysia 3%, Thailand 4,5%. Masih sangat banyak dibutuhkan wirausaha-wirausaha muda untuk membangun negeri. Beliau juga menekankan mahasiswa untuk mengubah paradigma, jangan lagi setelah lulus kuliah hanya ingin jadi pegawai. Pengusaha adalah pilihan yang menyediakan kesempatan yang luas dan menjanjikan.
Kemudian, Ir. H. Joko Widodo mengundang 5 orang peserta acara yang sudah memiliki usaha untuk naik ke atas panggung. Akbar, mahasiswa SBM ITB, bercerita bahwa usaha yang tengah ia rintis ini adalah kolaborasi dengan dua pengrajin sendal Cibaduyut. Menurut Akbar, pengrajin sendal di Cibaduyut memiliki kualitas produk yang sangat baik, hanya saja kalah dari segi model dan merk. Maka Akbar pun memberikan beberapa contoh sendal branded yang sudah terkenal di pasaran dan ternyata pengrajin tersebut mampu membuat barang serupa dengan kualitas yang baik. Ir. H. Joko Widodo pun menyetujui pernyataan Akbar, memang banyak produsen lokal Indonesia yang sebenarnya mumpuni dari segi kualitas, namun tidak dilirik konsumen hanya karena kalah merk.
Dokumentasi : Gilang Audi Pahlevi / Kantor Berita ITB