KM SBM Cerdaskan Mahasiswa tentang Strategi Berwirausaha
Oleh Medhira Handinidevi
Editor Medhira Handinidevi
BANDUNG, itb.ac.id - Salah satu misi ITB, khususnya pada Sekolah Bisnis dan Manejeman (SBM) adalah meningkatkan jumlah lulusan yang berwirausaha. Namun potensi berwirausaha tersebut juga harus disebarkan pada mahasiswa yang berminat namun di luar lingkungan SBM ITB. Sejalan dengan hal tersebut, Selasa (19/11/13) Keluarga Mahasiswa SBM (KM SBM) mengundang seluruh mahasiswa pada acara ITB Business Club "How to Put the Right Person at the Right Place". Diskusi yang merupakan bagian dari Human Resource Club ini mengundang Donald Crestofel Lantu, S.T, MBA, PhD, salah satu staf pengajar di SBM dan juga merupakan ketua dari Center for Innovation, Entrepreneurship and Leadership (CIEL ITB).
Diskusi yang dihadiri oleh tidak lebih dari 60 orang ini dimulai dengan pembahasan tentang mana yang lebih baik, antara memiliki the right man atau the right place. Dengan suasana yang nyaman dan friendly, audiens yang terdiri dari mahasiswa berbagai program studi menjawab pertanyaan Donald tersebut. Kemudian Donald membahas tentang contoh-contoh best practices pada perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Apple, Dell, Microsoft dll. "Coba liat Apple, dia mulai dengan memiliki orang yang tepat kemudian semuanya akan mengalir," papar Donald. Ia menjelaskan bahwa memang pada umumnya, praktek-praktek bisnis dimulai dengan menemukan tempat yang baik dahulu. Namun saat ini, paradigma telah berkembang. Sesuai dengan buku "Good to Great" karya Jim Collins, fenomena di abad 19 hingga sekarang adalah bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan skala iternasional memulai praktek bisnisnya dengan memiliki the right man.
Dalam penjelasannya, Donald memaparkan bahwa di tahap-tahap awal, team building itu penting dalam memulai bisnis. Setelah memiliki the right man, juga harus diperhatikan berapa orang yang menjadi otak di bisnis tersebut. Terlalu banyak kepala dalam satu bisnis juga dapat berujung pada diskusi dan debat kusir yang berkepanjangan dan menurunkan spirit pengembangan dari bisnis tersebut. "Berapa orang yang mendirikan Apple? Berapa orang yang mendirikan Microsoft? Best practice-nya hanya 2 orang jumlah yang baik untuk memulai suatu bisnis," jelas Donald.
Mencari the right man harus dimulai dari dalam diri individu masing-masing. Pelajari keandalan diri dan juga kekurangan diri masing-masing. Kemudian carilah partner yang tepat untuk menyeimbangkan kekurangan tersebut. Donald kemudian berkata bahwa umumnya otak dari suatu bisnis terdiri dari dua tipe individu. Pertama, individu yang memiliki keahlian khusus atau keahlian teknis pada suatubidang, dan orang kedua haruslah yang mampu "menjual" atau meyakinkan orang lain mengenai konsep dan ide bisnis tersebut. Di akhir diskusi ia juga menekankan manfaat berwirausaha sejak dini dan mendukung mahasiswa-mahasiswa yang sedang merintis bisnisnya sejak bangku kuliah.
Dalam penjelasannya, Donald memaparkan bahwa di tahap-tahap awal, team building itu penting dalam memulai bisnis. Setelah memiliki the right man, juga harus diperhatikan berapa orang yang menjadi otak di bisnis tersebut. Terlalu banyak kepala dalam satu bisnis juga dapat berujung pada diskusi dan debat kusir yang berkepanjangan dan menurunkan spirit pengembangan dari bisnis tersebut. "Berapa orang yang mendirikan Apple? Berapa orang yang mendirikan Microsoft? Best practice-nya hanya 2 orang jumlah yang baik untuk memulai suatu bisnis," jelas Donald.
Mencari the right man harus dimulai dari dalam diri individu masing-masing. Pelajari keandalan diri dan juga kekurangan diri masing-masing. Kemudian carilah partner yang tepat untuk menyeimbangkan kekurangan tersebut. Donald kemudian berkata bahwa umumnya otak dari suatu bisnis terdiri dari dua tipe individu. Pertama, individu yang memiliki keahlian khusus atau keahlian teknis pada suatubidang, dan orang kedua haruslah yang mampu "menjual" atau meyakinkan orang lain mengenai konsep dan ide bisnis tersebut. Di akhir diskusi ia juga menekankan manfaat berwirausaha sejak dini dan mendukung mahasiswa-mahasiswa yang sedang merintis bisnisnya sejak bangku kuliah.