Komunikasi sebagai Kunci Keberhasilan di Lingkungan Kerja
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Dalam rangka pre-event ITB Virtual Integrated Career Days 2022, ITB Career Center menyelenggarakan webinar berjudul “Meaningful Communication in the Workplace” pada Kamis, 21 April 2022. Acara ini mengundang Mharta Adji Wardana M.Si., P. EPC sebagai narasumber webinar dengan harapan dapat mengubah orang-orang di dunia pekerjaan melalui komunikasi yang baik. Dia adalah lulusan Matematika ITB yang sekarang bekerja sebagai konsultan pendidikan dan transformasi di PT Paragon Technology and Innovation.
“Kita semua adalah coach dan punya kekuatan dan kompetensi untuk berkomunikasi dengan baik,” Mharta menyatakan di awal presentasi. Dengan pengalaman di bidang kurikulum, coaching dan keilmuan sepanjang kariernya, dia megingatkan proses transformasi individu tidak mudah dan singkat. Di mana pun tempatnya, segala aspek di lingkungan akan bergantung pada orang-orang yang terlibat. Membangun komunikasi bermakna dapat menciptakan suasana nyaman tanpa adanya miskomunikasi. Maka dari itu, komunikasi baik dapat membantu diri sendiri dan orang-orang sekitar untuk menjadi versi lebih baik.
Untuk mengilustrasikan pentingnya komunikasi sebagai alat pengembangan diri di lingkungan kerja, Mharta membuat model WHY (What, How, Yes). Bagian What mendeskripsikan hal-hal yang akan dipelajari lewat komunikasi, sedangkan How adalah cara implementasi hal-hal yang sudah dipelajari. Bagian terakhir yaitu Yes menggambarkan berbagai perbaikan yang dapat dilakukan dalam komunikasi.
Menurut framework OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument), kultur dunia kerja dapat didefinisikan dari segi fleksibilitas, fokus, eksternal dan internal. Pemetaan untuk bagian What ini menentukan gaya dan suasana lingkungan kerja di organisasi tertentu: adhokrasi (fleksibel-eksternal), klan (fleksibel-internal), market-oriented (terfokus-eksternal), dan hierarkis (terfokus-internal). Dari sini, cara komunikasi antarkaryawan dan atasan juga dapat dibayangkan dengan konteks kultur kerja yang sudah ada untuk menyimak penyampaian informasi dari orang-orang.
Selain itu, versi personal kultur kerja dapat ditentukan lewat framework DISC (Dominance, Influence, Steadiness dan Conscientiousness). DISC mengklasifikasi perilaku karyawan berdasarkan preferensi bekerja berbasis tugas atau masyarakat. Karena itu, pemetaan ini membantu dalam pemberian respons atau tanggapan dari gaya komunikasi atasan yang berinteraksi secara langsung. Seseorang dinilai berkarakter baik jika gaya komunikasi dapat membuat orang-orang sekitar nyaman dan melihat mereka dalam hal positif.
Berikutnya, bagian How mengelaborasikan cara-cara untuk memenangkan hati orang-orang di lingkungan kerja. Hal ini dapat dicapai lewat menghargai orang-orang tersebut. Dalam coaching, menghargai orang dilakukan dengan dua prinsip yang harus diingati, yaitu pemilihan kata dan nada yang tepat untuk mengekspresikan rasa bersyukur terhadap mereka. Walaupun dalam teori tampaknya mudah, miskomunikasi sering menjadi salah satu permasalahan dalam strategi ini. Fokus dalam inti percakapan dengan backtracking dapat menghalangi permasalahan ini terjadi sehingga memberi pandangan bahwa perkataan mereka diperhatikan dan didengar.
Sudut pandang seorang coach dapat membantu pada implementasi What dan How, di mana mereka harus peduli, optimis, sadar akan lingkungan sekitar, harmonis dan memiliki mentalitas berkecukupan. Kelima karakter ini membantu dalam pendekatan komunikasi yang baik dan efektif karena dapat menghormati lawan bicara sekaligus mendorong mereka untuk berusaha lebih baik.
Bagian Yes yang terakhir dari model pendekatan komunikasi memaparkan metode-metode dan ekspresi peningkatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Contohnya adalah lebih sering belajar dan pengulangan dalam strategi komunikasi. Pelatihan ini dapat membantu untuk lebih peduli terhadap orang lain dan mendengar perkataan mereka dengan teliti.
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)