Kontribusi ITB dalam Eksplorasi dan Inovasi Berbasis Biokimia Tuntaskan Problematika Nasional

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

BANDUNG, itb.ac.id - ITB dengan segenap akademisinya berhasil menghasilkan kembali ragam inovasi dalam menyelesaikan berbagai problematika dalam negeri melalui keilmuan biokimia. Hal tersebut diungkapkan dalam pidato ilmiah dari Prof. Zeily Nurachman , D.Sc dari KK Biokimia ITB yang berjudul "Membangun Budaya Meneliti: Perlu Kerja Keras, Daya Juang dan Daya Tahan (Memasyarakatkan Minyak Laut, Minyak dari Mikroalga Laut Tropis)" yang disampaikan pada sidang terbuka Dies Natalis ke-57 ITB pada Rabu (02/02/16).

Sebagai bentuk menjalin relasi, Zeily  pun sempat bekerja sama dengan pihak luar negeri seperti Pusat Kanker Jerman (DKFZ, Heielberg, Jerman) dan Universitas Groningen (RuG) Belanda. Di antara penelitian tersebut, Zeily mengangkat topik riset mengenai flavonoid artoindonesianin, temuan Kelompok Kimia Organik Bahan Alam di bawah kepemimpinan Prof. Syamsul A. A. Senyawa ini dapat memperkecil risiko kanker.  Bekerja sama dengan Dr. Marselina (KK Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika SITH) dan Dr. Rukman Hertadi (KK Biokimia FMIPA) studi dinamika interaksi antar molekul ligan (senyawa flavonoid) dan protein target (kinase A) berhasil dilakukan. Dalam penelitian tersebut digunakan basis data untuk mengidentifikasi protein target yang sesuai. Sistem basis data tersebut  berpusat di KK Biokimia ITB dengan nama ID3 (Indonesia Drug Discovery Database) yang terbuka untuk dikembangkan.


Solusi Pangan, Kesehatan, Lingkungan, dan Energi berbasis Biokimia


Dengan semangat kemandirian yang ditanamkan ITB dari generasi ke generasi, Zeily berpesan, "Bangun sendiri reaktor-reaktor yang diperlukan dan jangan terbelenggu oleh kekurangan dan ketidaktersediaan peralatan ataupun anggaran untuk melakukan penelitian."  Awalnya Zeily meneliti cairan selom pada cacing tanah (Lumbricus dan Pheretima) yang bertindak sebagai hidroskeleton dan memiliki enzim fibrinolitik yang berpotensi sebagai pengencer gumpalan darah pada manusia. Penelitian yang diadakan pada tahun 2000 ini mampu mnjawab solusi mencegah stroke. Setiap individu umumnya memiliki aktivator alami pengencer darah yaitu plasminogen/urokinase yang berkurang seiring usia. Kebutuhan aktivator alami ini yang diharapkan terjawab dengan cairan silom yang bekerja dengan aktivitas protease spesifik penghancur serat fibrin yang dalam hitungan menit mampu mengencerkan gumpalan darah yang membeku. Aktivitas yang diteliti ini telah dipublikasikan dalam jurnal internasional dengan sebagai 100% karya peneliti lokal.


Selanjutnya Zeily pun sempat mengadakan penilitian bersama kolega di ITB seperti  Drs. Sarwono Hadi, Dr. Dessy Natalia dan universitas lainnya, yang berhasil memberikan inovasi dalam pengolahan tekstil dengan enzim amilase untuk memaksimalkan penyerapan warna pada benang. Amilase juga dapat digunakan sebagai agen pembuat tepung singkong dan pati termodifikasi yaitu modified cassava & starch flour (mocaf dan mosaf) yang berguna di bidang pangan dan kesehatan. Paten inovasi ini telah didaftarkan melalui kantor HaKI ITB. 


Menjadi seorang ahli, sudah sepantasnya mampu merealisasikan keilmuan dalam bentuk praktis. Mendapati dampak kabut asap yang melanda Riau dan sekitarnya, Zeily merancang Bunker Perlindungan Asap yang dievaluasi langsung oleh Presiden RI. Pengalaman yang tidak disangka bagi Zeily ketika gagasannya berupa filter saringan aquarium untuk membendung kabut asap dan aquarium mikroalga sebagai generator oksigen yang sempat ditulis di berbagai media dapat direalisasikan dalam selang 3 hari. Sistem tersebut dinilai efektif dan efisien sehingga diterapkan dalam "Sistem Sekolah Aman Asap" hingga ke pulau Jawa, selanjutnya digunakan di rumah warga dan fasilitas umum lainnya. Penyempurnaan sistem ini akhirnya dilengkapi dengan teknologi informasi terdeteksi dini keberadaan dan arah pergerakan kabut asap.


Berbekal berbagai pengalaman meneliti tersbut pula, topik baru Zeily tekuni. Topik tersebut mengenai eksplorasi sumber bahan bakar terbarukan (biofuel) dari mikroalga laut tropis Indonesia. Bahan bakar tersebut dipopulerkan sebagai minyak laut dalam suatu media massa. Riset ini menggabungkan hasil pemikiran Dra. Lily Maria G. P (Pusat Penelitian Oseanografi LIPI) dan Dr. Gede Suantika (KK Bioteknologi Mikroba SITH). Minyak laut dari alga bukan menjadi saingan bagi minyak pangan. Prof Zeily dan tim telah menulis dalam jurnal Bioresource Technology yang mengatakan penanaman diatom laut tropis dalam kolam renanga olimpik (50m X 25m x 2m) dapat menghasilkan 5 barel minyak laut per hari. Indonesia  mempunyai mikroalga laut tropis golongan diatom penghasil minyak laut. Hal tersebut didukung panjang pesisir pantai Indonesia yang potensial untuk budidaya mikroalga laut sebesar 20.000 km dengan menggunakan lebar garis pantai sebesar 1 km (10%-11% dari ukuran yang dapat dicapai) saja, sekurang-kurangnya tersedia areal seluas 2.000.000 hektar. Dengan menganggap produktivitas alga di lapangan 10% dari kondisi di laboratorium, diperolah total produksi minyak laut sebanyak 120 milyar liter per tahun  atau 2 juta barel per hari. Angka ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM saat ini hingga 20 tahun ke depan.


"Dengan semangat kemandirian dan kedaulatan apada bidang energi, niat telah kami teguhkan. Tiada pilihan selain maju guna menghadapi semua tantangan. Seperti pepatah masyarakat Bugis-Masyarakat: "Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai" juga pepatah China: "Perjalanan panjang dimulai dari satu langkah". Semog  Tuhan yang Maha Kuasa Berkehendak mengabulkan cita-cita kami," tutup Zeily.


scan for download