Kuliah Wirausaha “First Step to Be An Enterpreneur”: Menyelam Lebih Dalam ke Tataran Praktis

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Setelah sebelumnya sukses dengan seminar “New Enterprise, Managing and Finacing” hari Kamis lalu (16/12), Pusat Inkubator Bisnis (PIB) ITB dan Lembaga Pengembangan dan Kesejahteraan Mahasiswa (LPKM) ITB melanjutkan perjalanan “New Enterprise Forum” dengan sebuah kuliah wirausaha, bertajuk “First Step to Be An Enterpreneur.” Kuliah ini diadakan kemarin Rabu (22/12) di Ruang Pertemuan Kantor PIB ITB, dengan dihadiri sekitar 26 peserta. Bedanya, kalau dalam seminar yang lalu, lebih banyak dibicarakan hal-hal berbau konsep dan terasa masih jauh dari hal praktis. Dalam kuliah wirausaha –semacam workshop- ini para peserta diajak menyelam lebih dalam, masuk ke tataran praktis langkah awal berwirausaha. Bapak Aryo Prowoto Wibowo, Kepala Bidang Pengembangan Kewirausahaan LPKM ITB membuka kuliah pagi ini dengan menyitir nasehat dari Pak Adang Surachman, Pejabat Rektor ITB, pada sambutan Pak Adang dalam membuka Malam Anugerah Mahasiswa pada selasa malam (21/12). ITB telah sadar bahwa mahasiswa ITB tidak bisa sekedar dibekali kuliah saja, melainkan banyak aspek lain dalam hidup. Termasuk di dalamnya, diharapkan mahasiswa ITB tidak hanya menjadi pekerja, melainkan menjadi pencipta lapangan pekerjaan, menjadi enterpreneur. Kuliah ini diawali dengan “tes awal” enterpreneurial quotient –cukup mengejutkan, namun menarik dan mengena. Dengan tes ini, para peserta mendapatkan gambaran kasar mengenai kemampuan serta prospek enterpreneurnya. Selanjutnya, kuliah enterpreneur sesi pertama dimulai dengan pemutaran cuplikan film yang menggugah semangat wirausaha, “Pirates of Silicon Valley” yang menceritakan kisah sukses Apple Computer dan Microsoft. Berbekalkan sketsa prospek enterpreneurnya dan semangat dari cuplikan itu, kuliah ini berlanjut ke sesi kedua, "What's the Big Idea?", oleh Arif Yunara, Kepala Divisi Pengembangan Usaha PIB ITB. Ide pendirian sebuah usaha tidak harus selalu ide gress dan revolusioner, tapi, bisa juga berangkat dari diferensiasi suatu produk atau sistem marketing yang berbeda. “Yang penting, bisnis itu harus berdasarkan sesuatu yang kita sukai,” ungkap Pak Arif. Setelah pemaparan Pak Arif, ada tiga wakil “tenant” (sebutan untuk start-up company bimbingan PIB ITB) yang membagikan pengalaman enterpreneurnya serta nasehat-nasehat. Pertama adalah Rasta, mahasiswa Teknik Fisika 1998, dengan bisnis CD interaktif untuk dokumentasi angkatan (kenang-kenangan akhir tahun). Lorco Interaktif adalah nama perushaannya. “Di masa depan, bisnis yang mengena di hati-lah yang bakal sukses,” ujar Rasta. Kemudian, Andreas, mahasiswa Teknik Kimia 1997, dengan usaha biogasnya. Andreas telah memulai usaha ini semenjak tingkat dua. Dia mempunyai visi ke depan bahwa suatu saat Indonesia tidak lagi menyubsidi BBM dan elpiji. Akibatnya, harga mahal dan orang butuh energi terbaharukan yang lebih murah. Andreas menawarkan reaktor biogasnya. “Mantapkan apakah mau jadi profesional atau enterpreneur. Putuskan, lalu, jalani dulu.,” kata Andreas, “karena banyak wirausahawan memulai usahanya dari profesional dan banyak orang menjadi profesional dengan berawal sebagai wirausahawan.” Terakhir adalah Zaki Rahman Nur, seorang mahasiswa Biologi dengan usaha susu fermentasinya. “Siapkan strategi dan jangan lupakan, anggarkan dana untuk market research,” ungkapnya. Sesi kedua, setelah makan siang, dipaparkan oleh Sigit Purwanto, Ketua Divisi Permodalan PIB, mengenai pembiayaan. Dalam pemaparannya, Pak Sigit membahas dengan lebih mendalam tiap-tiap alternatif sumber pembiayaan, termasuk pembiayaan oleh perbankan. Secara khusus, beliau memberikan strategi pembiayaan oleh PIB ITB serta proses konsultasi di PIB. “Kebanyakan (tenant) berorientasi pada produk. Tidak pada manajemen,” ujarnya “Padahal manajemen itu penting. Nah, PIB memberikan konsultasi mengenai manjemen, termasuk didalamnya mengenai keuangan, teknik presentasi, dan pajak.” Pak Sigit mengatakan bahwa goal PIB bukan mencetak UKM tapi enterpreneur, yang bercirikan visi pada pertumbuhan. Pada akhir sesinya, beliau juga menyelipkan bahan mengenai penyusunan rencana bisnis. Kuliah wirausaha ini ditutup oleh menonton film “Pirates of Silicon Valley.” Krisna Murti Update 23/12/04 01.55 am