Ludruk Maen Gedhe, Candi Mencandu Canda

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Pagelaran seni dari unit kebudayaan jawa timur, Ludruk ITB digelar tepat hari Kartini, 21 April 2006. Pagelaran kali ini mengambil tema ”Candi Mencandu Canda”, parodi legenda Jawa tentang Roro Jongrang dan Candi Prambanan. Pagelaran dimulai jam 19.00 sampai 24.30 WIB. Tiap tahun Ludruk selalu mengadakan pagelaran yang biasa disebut Maen Gedhe (Main Besar). Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pagelaran diselenggarakan di Aula Timur karena Aula Barat dipakai oleh perayaan Paskah FMIPA-SITH-SF. Hal baru pula, pagelaran Ludruk kali ini disponsori oleh Keroncong Asli Merah Putih dan Nescafe. Ciri khas pagelaran Ludruk ialah seluruh pemainnya lelaki semua. Para anggota perempuan hanya bertugas sebagai tukang rias atau urusan di belakang layar lainnya. Para pemain juga menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa. Alasannya, agar para penonton dapat menikmati banyolan-banyolan (humor-humor) tanpa tereduksi oleh bahasa. Ludruk kali ini menampilkan guyonan-guyonan segar berupa parodi lagu-lagu pop yang sedang populer saat ini. Parodi ini dibawakan oleh Dharma Wanita Ludruk. Kelompok Keroncong Asli Merah Putih ikut tampil membawakan beberapa lagu, Tanah Air, Lenggang Surabaya dan Manuk Dadali. Para anggota Dharma Wanit pun didaulat untuk menyanyi mengikuti alunan musik keroncong dengan lagu Begawan Solo. Penampilan musik keroncong ini membuktikan kepedulian anak muda ITB terhadap kekayaan musik Indonesia. Tidak hanya musik pop saja, tapi juga musik keroncong. Cerita utama Ludruk menampilkan Roro Jonggrang yang dilamar oleh pembunuh ayahnya, Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang mengajukan syarat yang meminta Bandung Bondowoso membuatkan 1000 candi dan 2 sumur minyak. Bandung Bondowoso pun meminta bantuan kelompok jin untuk memenuhi syarat tersebut. Yang lain dari legenda aslinya ialah Bandung Bondowoso akhirnya berhasil mempersunting Roro Jonggrang. Sayangnya, mereka belum juga dikaruniai anak setelah sepuluh tahun pernikahan. Ayah Bandung Bondowoso pun menawarkan gadis-gadis lain untuk anaknya. Tapi, Bandung Bondowoso tetap setia pada Roro Jonggrang. Beberapa humor terselip dalam jalan cerita. Mulai dari Roro Jonggrang yang menenteng-nenteng laptop, Bandung Bondowoso yang melamar lewat e-mail, jin yang membantu bisa membuat kesurupan online, dan sebagainya. Para pemain juga sempat menyentil majalah Playboy dan FPI yang diplesetkan jadi Fans Playboy Indonesia. Parodi-parodi Ludruk malam itu mampu menyedot masyarakat kampus untuk datang hingga Aula Timur penuh sesak. Para penonton sampai kesulitan mencari tempat duduk dan harus antre untuk keluar. Tampaknya, Aula Timur terlalu sempit untuk Maen Gedhe-nya Ludruk. (Ima)