Mahasiswa ITB Berhasil Meraih Juara dalam Perlombaan Low Carbon Design di Jepang

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung kembali berhasil membawa harum nama Indonesia di kompetisi tingkat internasional. Ivan Danny Dwi Putra, mahasiswa pascasarjana ITB jurusan Rancang Kota berhasil meraih peringkat pertama dalam perlombaan Low Carbon Design di Kitakyushu, Jepang, pada 15 Februari sampai 1 Maret 2019.


Keikutsertaan Ivan dalam lomba yang digelar oleh Asian Institute of Low Carbon Design – AILCD ini, merupakan rangkaian acara dari program pertukaran pelajar yang sedang ia ikuti. Program tersebut adalah program yang diprakarsai oleh Universitas Kitakyushu. “Kegiatan ini banyak sekali rangkaiannya, termasuk juga Conference dan Workshop dengan topik Low Carbon. Lombanya juga termasuk dalam kegiatan tersebut, “ ungkap Ivan saat diwawancarai reporter Kantor Berita ITB.

Tujuan dari diadakannya konferensi dan workshop  tersebut adalah mengumpulkan ide-ide brilian dari akademisi dalam menyelesaikan permasalahan di distrik Kitakyushu. Sesuai tema lomba, Ivan beserta anggota tim mengusung ide Happy Sunday 7 - “A Virtual Planning Project of Sunday for the Elderly” . Ivan mampu bersaing bersama dengan anggota tim lain yang berasal dari berbagai negara Asia. 

“Mungkin kedengarannya kurang nyambung ya, tapi sebenarnya kami justru melihat bahwa masalah polusi  tidak bisa diselesaikan dengan menambah-nambah sistem yang akhirnya akan menambah polusi juga, “ terang Ivan yang juga sebagai ketua tim tersebut. 

Ia meyakini bahwa kelompok mahasiswa lain berpikir terlalu “besar”, mereka mengajukan proyek yang butuh banyak sistem, orang, dan ada keperluan untuk menambah sarana tambahan dari yang sudah ada. Ini berbeda dengan ide tim dirinya yang merasa bahwa kota Wakamatsu dan Tobata telah cukup rendah emisi karbonnya, masalah kota itu justru terletak pada tingkat populasi yang rendah dan presentase orang lanjut usianya cukup besar.

“Oleh karena itu, kami ingin agar orang lanjut usia di kota ini, yang masih luar biasa energik, bisa diberdayakan tanpa harus melibatkan sistem yang rumit dan tidak perlu ada penambahan populasi dari luar kota. Dengan itu, kami yakin emisi karbon akan tetap rendah bahkan menurun,” ujarnya.

Pemikiran tersebut tentu saja bukan asal cuap. Tim Ivan yakin bahwa ide mereka akan menjaga populasi tidak bertambah dan menciptakan kegiatan masyarakat kota yang tidak banyak melibatkan kendaraan berbahan bakar karbon, tetapi yang melestarikan lingkungan. “Kegiatan yang dirancang oleh tim kami adalah edukasi, olahraga, pekan kebun, dan sejenisnya. Kami juga merancang kegiatan tersebut dengan memanfaatkan taman-taman kota yang mulai sepi pengunjung agar tetap terjaga dan lestari,” jelasnya dengan semangat. Ide ini, diakui Ivan, sangat dikagumi oleh para juri. Mereka yang menilai tidak menyangka akan hadir ide unik dan diluar ekspetasi orang kebanyakan. 

“Saya juga awalnya tidak yakin kalau melihat tim-tim lain yang terasa lebih ‘wow’. Namun, ternyata juri semuanya positif, bagi mereka ide ini sangat kontekstual dan realistis juga unik,” jawab Ivan ketika ditanya soal optimismenya saat berkompetisi. Bagi Ivan sendiri, juara awalnya bukan bagian dari target. Ia merasa bahwa ada hal yang lebih penting daripada sekedar obsesi juara, di sana ia bisa belajar dari berbagai macam orang lain dari sisi daerah, bahasa, dan budayanya. “Saran, kalau ikut lomba, jangan terlalu “serius”, cari aja ide yang lucu dan kreatif, asal kontekstual. Namanya kompetisi, faktor beruntung juga tidak bisa kita tiadakan, ” pesan Ivan sebagai penutup.

Reporter: Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)