Mahasiswa ITB Perkenalkan SOYBE, Yoghurt Susu Kedelai dengan Fortifikasi Betakaroten untuk Masalah Intoleransi Laktosa
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Tiga mahasiswa ITB dari Program Studi Teknik Pangan berhasil menjadi juara 3 dalam CARBON 2023: Chemical Industry Technology Biggest National Competition yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Kimia Universitas Padjadjaran. Mereka adalah Richika Tiera Vega Rahmani (14321002), Reisa Nopianti (14321019), dan Napitupulu Kita Morgana (14321020).
Mengangkat subtema inovasi bioteknologi dalam cabang lomba Creative Business Plan, ketiganya mengajukan ide untuk pengembangan yoghurt susu kedelai yang difortifikasi betakaroten dengan merk dagang SOYBE. Bahan utama yoghurt dipilih karena selain bergizi tinggi, produk olahan susu ini juga diminati oleh banyak orang dari berbagai kalangan sehingga target pasar sangat luas.
“Seperti yang kita tahu, yoghurt menjadi salah satu posisi teratas sebagai produk pangan kaya gizi, jadi produk kami ini nanti akan berkorelasi dengan kebutuhan gizi konsumen,” ujar salah satu anggota tim, Kita.
Ide pengembangan SOYBE muncul karena yoghurt berbahan dasar susu sapi seringkali tidak mampu menjangkau segmen pasar khusus. Sebut saja untuk konsumen yang memiliki intoleransi laktosa maupun konsumen vegan.
Ditambah lagi proses produksi yoghurt susu sapi menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yoghurt susu kedelai. Hal ini karena pada produksi yoghurt susu sapi, proses yang terjadi di peternakan menghasilkan emisi karbon yang paling besar dibanding rangkaian proses lainnya.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), emisi karbon total dari seluruh kegiatan peternakan di dunia mencapai 7,1 gigaton per tahun atau sekitar 14,5 persen dari keseluruhan emisi yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Maka dari itu, SOYBE merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan konsumsi yang berprinsip pada poin ke-2 dan ke-13 Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu dunia tanpa kelaparan serta penanganan perubahan iklim.
Salah seorang anggota tim lainnya, Richika, menyatakan kebanyakan orang masih berpikir pengurangan emisi karbon hanya bias dilakukan lewat penggunaan kendaraan ramah lingkungan atau langkah-langkah besar lainnya.
“Padahal sesederhana mengganti pola konsumsi sehari-hari pun sebenarnya kita sudah berperan dalam pengurangan emisi karbon global,” kata Richika.
Menimbang berbagai faktor tersebut, ketiganya sepakat untuk menggali ide tentang inovasi yoghurt berbahan dasar susu kedelai yang difortifikasi dengan betakaroten. Selain memiliki kandungan gizi yang lebih kompleks, SOYBE hasil produksi mereka juga terbukti lebih ramah lingkungan serta aman bagi orang yang memiliki intoleransi laktosa.
Peluang SOYBE sebagai produk makanan alternatif juga semakin besar dengan adanya pergeseran tren perilaku konsumen menuju ke arah perilaku eco-friendly.
“Dari hasil analisis SWOT, produk kami berpeluang lebih dipilih oleh para penderita intoleransi laktosa dan kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan,” ujar Reisa di akhir wawancara.
Reporter : Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota 2020)