Memahami Berbagai Perubahan di Era Revolusi Industri 4.0

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Revolusi industri 4.0 menjadi topik yang sangat menarik dibahas saat ini. Era tersebut ditandai dengan munculnya Internet of Things (IoT), big data, artificial intelligence, cloud computing, block chain, dll. Pada Studium Generale KU-4078 Rabu (27/3/2019), Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., membahas mengenai apa itu “Revolusi Industri 4.0”.


Penyampaiannya dibuka terlebih dulu dengan cerita Prof. Kadarsah pergi ke sebuah pabrik di Shanghai, Tiongkok yang membuat elemen solar cell. Menariknya, kata Rektor, di dalamnya sepi dari aktivitas manusia yang bekerja, yang ada hanyalah robot-robot atau mesin. Peran manusia hanya sebagai operator saja. Kegiatan produksi di pabrik tersebut dilakukan secara otomatisasi. Cerita tersebut merupakan salah satu contoh yang terjadi di revolusi industri 4.0, yang dicirikan adanya keterkaitan antara cyber physical system, IoT dan networks.

Berdasarkan sejarahnya, dijelaskan Rektor, revolusi industri dimulai dengan ditemukannya mesin uap sekitar tahun 1784. Lalu seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan produksi semakin meningkat maka ditemukanlah sebuah alat proses produksi massal yang menjadi tanda dimulainya industri 2.0 sekitar tahun 1870.

Ia menambahkan, tahapan selanjutnya dalam industri 3.0 ialah kehadiran komputer. Proses produksi pun menjadi berubah. Baru kemudian, hari ini industri 4.0 ditandai dengan hadirnya jaringan siber, IoT, ditambah internet. Mesin yang satu dengan yang lain bisa saling terhubung karena ada jaringan.

“Ada beberapa poin di sana, dalam peralihan revolusi industri 1.0 ke 2.0 ialah bergantinya pekerjaan berbahaya dan berat dari manusia oleh mesin. Kemudian pada industri 3.0, proses pekerjaan yang berulang digantikan oleh mesin dan menggunakan sistem komputerisasi. Lalu pada industri 4.0, ditandai dengan revolusi digitalisasi. Mesin digantikan oleh artificial intellegence (AI). Tadinya manusia yang berpikir, sekarang robot yang berpikir, dan ini akan sangat banyak terjadi di masa yang akan datang,” ujarnya.

Dalam paparannya, Rektor menyampaikan mengenai berbagai prediksi yang akan terjadi di masa depan di era industri 4.0. Misalnya pada 2030, diprediksi akan banyak pekerjaan yang muncul, yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini sebagaimana terjadi di zaman sekarang dengan kehadiran Go-Jek, Bukalapak dan start up lainnya. Untuk itu Rektor berpesan kepada mahasiswa ITB agar menguasai _coding_ (bahasa pemrograman) karena itu akan dibutuhkan di masa yang akan datang. 



Di sisi lain, perkembangan teknologi yang cepat ternyata memberikan dampak pada sektor ekonomi. Di zaman sekarang jangka waktu untuk mencapai 100 juta pelanggan lebih cepat dengan kehadiran internet. Sebagai gambaran, telepon butuh 75 tahun untuk mencapai 100 juta pelanggan, web butuh 7 tahun, facebook 4 tahun, instagram 2 tahun, dan Pokemon Go hanya dalam 1 bulan sudah bisa meraih 100 juta pelanggan.

“Mengacu pada prediksi tersebut, maka perubuhan pekerjaan di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh setidaknya lima faktor yaitu ekonomi, teknologi, regulasi, sosiologi dan demografi,” ucap Rektor.

Untuk itu, dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Rektor berpesan, kepada mahasiswa harus menguasai minimal satu bahasa asing dengan baik, karena mobilitas yang semakin tinggi di zaman sekarang. “Kemudian harus punya network, mampu bekerja lintas disiplin, menjadi jiwa entrepreneur, harus tahan banting, bergerak terus dan selalu mengembangkan diri,” ujarnya.