Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo Ungkapkan Potensi Maritim Indonesia melalui Orasi Ilmiah

Oleh Abdiel Jeremi W

Editor Abdiel Jeremi W

BANDUNG, itb.ac.id -Jumat pertama di Juli ini (03/07/15) ditandai dengan Peringatan 95 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia. Pada tanggal yang sama di 95 tahun lalu, terbentuklah Technische Hogeschool (TH) Bandung. Memaknai pencapaian ini, ITB menyelenggarakan sebuah Sidang Terbuka yang menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Prof. Dr. Ir. D. Indroyono Soesilo, M.Sc. sebagai pemberi orasi ilmiah. Dalam sidang yang dibuka oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, ini dikupas misi Indonesia dalam mencapai predikat Poros Maritim. Misi ini jelas memerlukan implementasi dan inovasi teknologi-teknologi maritim terbarukan, serta konektivitas antardaerah Indonesia yang optimal.

Teknologi sebagai Sayap Garuda dalam Melindungi dan Mengeksplorasi Kekayaan Bahari Indonesia

Dalam orasinya yang berjudul 'Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Pembangunan Kemaritiman Indonesia', Prof. Dr. Ir. D. Indroyono Soesilo, M.Sc. mengingatkan bahwa awal mula luas wilayah laut Indonesia ditetapkan dan diakui internasional dalam UNCLOS 1982 adalah saat Konsep Negara Kepulauan diperkenalkan oleh Ir. H. Djuanda pada 1957. Sejak saat itu, Indonesia dapat lebih leluasa memaksimalkan potensi sumber daya di atas air, di dalam air, dan di bawah dasar lautannya.

Potensi sumber daya di atas air mencakup sistem transportasi laut yang terdiri dari kapal, pelabuhan, galangan kapal dan awak kapal, serta potensi wilayah pesisir Indonesia. Dalam menggairahkan industri galangan kapal, diberikan insentif fiskal, seperti tidak dipungutnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN), bea masuk yang ditanggung pemerintah, serta dipermurahnya sewa lahan untuk galangan kapal. Selain itu, terdapat pula insentif non-fiskal, seperti dukungan iptek melalui Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) dan National Ship Design Center (NASDEC) di Surabaya, serta Laboratorium Pantai di Yogyakarta. Dengan efektifnya tol laut kelak, kapal-kapal yang berlayar di perairan Nusantara ini adalah buatan Indonesia dan diawaki oleh pelaut-pelaut Indonesia yang andal. Di sektor pariwisata, Indonesia memiliki target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sejumlah 10 juta orang pada 2015 dan 20 juta orang pada 2019 dengan tawaran keindahan pesisir, diversitas sumber daya hayati, dan terjaganya ekosistem laut Indonesia.

Menyoroti sumber daya hayati Indonesia di bidang maritim, khususnya  perikanan budidaya, teknologi yang digunakan sangatlah padat dan maju. Dari penentuan benih ikan, teknologi pakan ikan, teknologi penanganan penyakit ikan melalui uji DNA, teknologi budidaya, hingga sistem pemasaran. "Kita menargetkan produksi perikanan budidaya mencapai 31 juta ton pada tahun 2019, 22 juta ton diantaranya berupa rumput laut basah," papar Indroyono. 920 jenis terumbu karang seluas 60.000 kilometer persegi di perairan Indonesia, yang notabene merupakan terluas di dunia, juga menjadi habitat ikan-ikan karang serta lokasi eksplorasi obat-obatan baru dari lautan dan melalui kajian sintesis senyawa kimia pada terumbu karang dapat dihasilkan obat-obatan baru antikanker, anti-HIV/AIDS, antiinfeksi, dan lain lain.

Menyelam lebih dalam, bawah dasar lautan Indonesia juga selalu menyimpan harta karun tersembunyi. Proses geotektonik telah mewujudkan island arc system (sistem busur kepulauan) sepanjang Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi, yang penampangnya selalu ditempati berbagai jenis cekungan yang mengandung sumber daya migas. Saat ini, cadangan terbukti minyak bumi Indonesia adalah 7,4 milyar barel, sedang cadangan terbukti gas alam mencapai 149 trilyun kaki kubik ekivalen. Ada harapan baru dengan ditemukannya cadangan migas pada batuan Pra-Tersier, terutama pada periode Jura dan Kapur di Era Mesozoikum. "Ahli-ahli Geologi kita memprakirakan cadangan migas Indonesia masih 222 milyar barrel dan sebagian besar dijumpai di batuan Pra-Tersier di lautan kawasan Timur Indonesia. Berbagai teknologi baru untuk eksplorasi dan menemukan migas di dasar laut harus kita kuasai, utamanya teknologi perekaman, pengolahan dan interpretasi data seismik multikanal tiga dimensi," ujar Indroyono.

Satukan Nusantara dengan Memperkuat Daerah-daerah Terdepan, Diperlukan Semangat Maritim dan Kebhinekaan

Budaya bangsa bahari terus dikembangkan, khususnya bagi generasi muda. Pergerakan nyata telah dimulai. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 berlangsung selama sebulan pada Juni 2015, mengerahkan 88 kapal yang terdiri dari kapal perang TNI-AL KRI Banda Aceh - 593, kapal rumah sakit, dan kapal-kapal perintis, yang menyinggahi 540 pelabuhan di kawasan timur Indonesia dalam rangka uji coba sistem logistik nasional dengan menggelar pasar murah, bakti sosial, bakti kesehatan, serta sekaligus membawa sekitar 3.000 pemuda-pemudi seluruh Indonesia guna berlayar menyambangi pulau-pulau terdepan NKRI dan memupuk semangat kebhinekaan generasi muda.

"Kesemuanya itu menunjukkan bahwa sumber daya manusia Indonesia yang andal amat dibutuhkan dalam pembangunan kemaritiman kita secara keseluruhan baik di masa kini maupun untuk masa depan. Tidak ketinggalan dan tentu sangatlah diharapkan, peran aktif dari civitas academica dan alumni Institut Teknologi Bandung," ujar Indroyono seraya menutup orasinya.


Sumber foto:
ctatlas.reefbase.org
maritim.go.id
enj2015.maritim.go.id