Mewujudkan Quality Tourism di Kawasan Gunung Blego—Bungkuk

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk, Kabupaten Magetan, menyimpan sejuta pesona. Sebagai Kawasan B2 Jaya, secara tradisional, masyarakat mengembangkan pertanian dan perkebunan yang didasarkan pada sifat persaudaraan khas budaya Jawa. Hal ini tentu menjadi modal yang sangat besar dalam sektor pariwisata apabila dapat dirancang dan dikelola dengan baik.

Untuk mewujudkannya, para kepala Desar Ngunut, Trosono, Sayutan, dan Bungkuk menyampaikan keinginannya kepada tim P-P2Par ITB untuk membantu proses percepatan pembangunan kawasan wisata. Pendampingan di Kawasan B2 Jaya dimulai dengan identifikasi langsung di lapangan, termasuk berdiskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat yang dipusatkan di Desa Sayutan. Meskipun terletak paling jauh, mereka tetap berantusias untuk menerima materi terkait pemahaman umum kepariwisataan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan. Selanjutnya, dalam kelompok kecil per desa, masyarakat diajak untuk mengenali permasalahan pengembangan pariwisata di desanya masing-masing.

Data yang didapatkan dari kegiatan diskusi terpimpin lalu diverifikasi oleh tim lapangan P-P2Par ITB. Survei dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi sumber daya wisata yang dimiliki dan dapat dikembangkan sebagai daya tarik. Cakupan wilayah yang cukup luas mengharuskan tim untuk membagi menjadi dua kelompok untuk menyusuri empat desa selama beberapa hari.

Hasil survei menunjukkan hampir seluruh sumber daya wisata memerlukan sentuhan lebih jauh untuk menarik perhatian wisatawan. Meskipun demikian, setiap desa memiliki keunggulannya masing-masing sehingga bisa saling mendukung satu sama lain. Desa Sayutan dapat mendorong pengembangan pariwisata berbasis edukasi, Desa Trosono dengan potensi ekowisata di Gunung Blego, Desa Bungkuk menonjolkan wisata petualangan di Gunung Bungkuk, sedangkan Desa Ngunut dapat mengemas dan melestarikan nilai-nilai sejarah dalam bentuk wisata.

Pembangunan daerah wisata di Kawasan Blego-Bungkuk diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, tim P-P2Par ITB menawarkan konsep quality tourism yang memang tengah didorong untuk diterapkan di Indonesia pascapandemi Covid-19. Konsep ini menekankan pentingnya kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan upaya pemberian pelayanan dan kepuasan kepada wisatawan.

“Quality tourism cocok diterapkan karena kultur masyarakat pedesaan Jawa humanis dan egaliter, selain itu ada kecenderungan wisatawan yang semakin selektif dalam memilih tempat liburan setelah pandemi. Dengan konsep ini, semoga masyarakat bisa mendapatkan sumber ekonomi baru tanpa harus meninggalkan profesi utamanya sebagai petani,” sebut Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayar Putro, D.E.A dan Abadi Raksapati, S.S., M.Sc sebagai perwakilan tim P-P2Par ITB.

Di sisi lain, tim juga menekankan pentingnya aspek kesukarelaan masyarakat dalam mewujudkan pariwisata Kawasan B2 Jaya. Masyarakat menghimpun diri dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang mendasarkan kegiatannya pada pengabdian.

Melalui pokdarwis, mereka dapat memaksimalkan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah bagi siapa saja yang berkunjung. Untuk mendapatkan pengakuan dari tingkat Kabupaten Magetan dan diharapkan dapat juga berperan dalam kegiatan-kegiatan pemerintah pusat, pokdarwis dikukuhkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Magetan.

Pada akhirnya, program pengabdian masyarakat ini diharapkan akan terus dilakukan secara berkelanjutan paling tidak tiga tahun ke depan untuk memastikan terwujudnya quality tourism di Kawasan B2 Jaya. Dengan semangat gotong royong, pengembangan pariwisata yang berkualitas dapat diwujudkan bersama.


*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)